Tolak Kota Kosong, Sebab Bisa Mematikan Arah Kebijakan Pembangunan dan Keuangan di Aceh Tamiang

Ilustrasi Lawan-Kotak-Kosong. Coblos nomor urut 01, Armia Fahmi - Ismail.

Pemilih yang bijak seharusnya mempertimbangkan kualitas dan bargaining kandidat atau paslon yang ada, bukan malah menunjukkan ketidakpuasan melalui kotak kosong.

KUALASIMPANG | mediaaceh.co.id – Fenomena dan ajakan memilih Kotak Kosong (KK) gencar disuarakan oleh pihak-pihak yang memiliki Beyond Realistic Thinking secara terang-terangan mengajak memenangkan KK.

Padahal, Dalil dan Argumen itu sangat bertentangan dalam sistem demokrasi, bahwa; Pilkada adalah momentum penting untuk menentukan arah kebijakan pembangunan di Aceh Tamiang.

Apa jadinya jika kotak kosong menjadi pemenang dalam Pilkada di Aceh Tamiang. Tentu arah kebijakan pembangunan menjadi sangat terbatas, sebab untuk menentukan kebijakan anggaran harus ada bupati definitif upaya menumbuh kembangkan lobi-lobi anggaran terhadap pusat agar tidak tersendat.

Hari ini di Provinsi Aceh, terdapat dua kabupaten yang paslonnya berhadapan dengan kotak kosong, yakni Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tamiang.

Fenomena ini tidak hanya menunjukkan adanya tantangan dalam demokrasi, tetapi juga membawa sejumlah konsekuensi bagi daerah.

Memilih kotak kosong memang sah secara hukum, tetapi pemilih perlu memahami dampaknya. Ketika kotak kosong menang, kepala daerah definitif tidak dapat dilantik, sehingga posisi tersebut akan diisi oleh Penjabat atau PJ. kepala daerah yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.

Tentunya, hal tersebut dapat menghambat jalannya pemerintahan, karena penjabat kepala daerah memiliki kewenangan terbatas dalam mengambil keputusan strategis, terutama yang berkaitan dengan pembangunan jangka panjang.

Selain itu, tidak adanya kepala daerah definitif dapat melemahkan stabilitas politik di daerah. Penjabat kepala daerah, yang umumnya berasal dari luar daerah, mungkin kurang memahami kebutuhan lokal secara mendalam.

Akibatnya, program kerja yang dirancang tidak selalu selaras dengan aspirasi masyarakat. Hal tersebut juga mencerminkan lemahnya partisipasi politik masyarakat.

Jika mayoritas pemilih lebih memilih kotak kosong daripada kandidat yang ada, ini menjadi alarm bagi pembangunan di daerah itu.

Pemilih yang bijak seharusnya mempertimbangkan kualitas dan bargaining kandidat atau paslon yang ada, bukan malah menunjukkan ketidakpuasan melalui kotak kosong.

Dengan memahami risiko-risiko ini, masyarakat diharapkan lebih selektif dan bijak dalam menggunakan hak pilih.

BACA JUGA...  Jadilah Wartawan yang Dibutuhkan, bukan Membutuhkan Diri

Karena, Pilkada bukan hanya soal memilih, tetapi juga tentang memastikan daerah memiliki pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dan memperjuangkan kepentingan rakyat.

Ingat, demokrasi membutuhkan peran aktif semua pihak, termasuk Anda sebagai pemilih!.

Kotak Kosong ada Indikasi Bertujuan Memecah Belah.

Ketua Umum Gerakan Aktivis Rakyat Aceh Tamiang ( GARANG ) Chaidir Azhar, berikan pandangan dan tanggapan terkait Kotak Kosong yang diduga bertujuan memecah suara saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Aceh Tamiang.

Ketua GARANG Aceh Tamiang. Chaidir Azhar.

Dia bertanya; apa untungnya jika memilih kotak kosong. Tanggapan itu memantik sebuah diskusi atas relevansi kemajuan sebuah daerah.

Sebagai Ketua Umum Garang. Ayi memberikan pernyataan yang menohok soal dukungan terhadap pemenangan kotak kosong.

Dia menyatakan bahwa tidak ada orientasi yang jelas dari suara pemilih. Karena menurutnya kotak kosong adalah pilihan irasional [tidak rasional], sebab di dalamnya tidak ada isi apa pun, seperti ide, gagasan serta visi misi untuk kemajuan sebuah daerah.

“Kalau tujuan kita memilih kotak kosong hanya sekedar tidak menyukai calon yang ada, representasi kita itu seolah-olah kelihatan bahwa arah orientasi kita ini enggak jelas,” ungkap Ayi.

Kecuali itu, sebenarnya Dia tidak mempermasalahkan siapa saja yang memilih kotak kosong, karena hal ini sudah diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 2016.

Kembali pada aturan, hal tersebut bukan menjadi masalah. Namun Chaidir sangat menyayangkan jika pandangan ini terus-menerus dan menjadi sebuah dilema di kalangan masyarakat.

“Sudahilah hasrat keinginan politik memilih kotak kosong, mari kita bersatu dan bergandengan untuk kemajuan Aceh Tamiang tercinta, ikhlaskan yang sudah terjadi ambil hikmahnya Mudah-mudahan ada rencana yang baik Allah siapkan, ini semua demi atas nama kepentingan untuk kebaikan masyarakat Aceh Tamiang.

Kalau Pilih Kotak Kosong Terjadi Kesenjangan Keuangan Daerah. 

Tokoh Muda dan pentolan Komunitas Sepeda Motor Aceh Tamiang. Deddy Priyatna mengatakan dengan tegas. Jika memilih KK, sama seperti mematikan ekonomi daerah.

Deddy Priyatna Tokoh Muda penggabung beberapa komunitas sepeda motor di Aceh Tamiang.

Terutama itu, posisi Keuangan daerah sangat di rugikan sebab tidak mampu mereduksi tata keuangan yang baik, sebaliknya cenderung menjadi pincang.

BACA JUGA...  Pasangan Irmansyah - Azza Ucapkan Selamat kepada Haili Yoga dan Muchsin Hasan 

“Apabila didominasi KK, pada Pilkada Aceh Tamiang yang memasuki injury time, yang minus dua hari lagi tentu akan mempengaruhi tata kelola pemerintahan dan tata kelola keuangan daerah. Lalu mau jadi apa Aceh Tamiang ini jika tidak memiliki pemimpin? Camkan itu,” tegas Deddy.

Lebih parahnya ucap Deddy, tidak ada perputaran uang di atas rata-rata, semua terbatas dan dibatasi. Terjadilah kesenjangan keuangan di roda pemerintahan Aceh Tamiang.

“Ayo, sama-sama kita berpikir jernih dan rasio. Untuk tidak memilih KK, sebab dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat Aceh Tamiang, juga pemerintahan Aceh Tamiang,” sebutnya.

Berdampak pada Program Pembangunan di Aceh Tamiang.

Sementara Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pelita Prabu Aceh Tamiang. Niken mengatakan bahwa; jika menang KK bukan bicara siapa yang dirugikan atau siapa yang diuntungkan.

Ketua DPC Pelita Prabu Aceh Tamiang. Niken.

Sebaliknya, yang paling dirugikan adalah pemerintah, sebab harus menggelontorkan anggaran yang tidak sedikit untuk melakukan Pemilukada Ulang.

Terutama itu; Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang harus menganggarkan kembali [Melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Kabupaten (APBK) anggaran untuk Pemilukada Ulang.

Jika ini terjadi, tentu akan berdampak pada pincangnya roda pemerintahan dan pembangunan di kabupaten ujung timur Aceh. Terutama itu berdampak pada program pembangunan yang telah dicanangkan.

“Mari cerdas memilih untuk menyelamatkan kebocoran keuangan daerah jika terjadi Pilkada ulang hanya karena kata Demokrasi yang di dengung-dengung kan sebagian kecil orang tak bertanggung jawab. Jangan terprovokasi oleh propaganda ajakan memilih KK. Cerdaslah berpikir, berbuat dan bertindak,” kata Niken.

Hentikan Provokasi Pilih Kotak Kosong. 

Aktifis sosial Aceh Tamiang [Domisili Kota Langsa] Haprijal Rozi minta kepada para ketua partai politik nasional dan lokal, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh Pemuda, Ormas, LSM dan Penulis untuk meredam dengan cara apa pun untuk tidak memilih kotak kosong di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) 2024.

Aktifis Sosial Aceh Tamiang, Haprijal Rozi

Black Champaign (Kampanye hitam) terus digelindingkan oleh kelompok orang yang tidak bertanggung jawab, agar masyarakat memilih kotak kosong. “Mau jadi apa, Aceh Tamiang ini kalau tidak ada pemimpin. Saya kira ini bentuk penghambat penyaluran suara dan pembekuan demokrasi. Tidak benar ini, harus kita lawan,” tegas Rozi.

BACA JUGA...  Suprianto : Masyarakat Aceh Tamiang Harus Patuh Aturan Prokes

Sebut Rozi lagi, itu merupakan bentuk-bentuk penolakan demokrasi, mematikan demokrasi. Hak-hak politik masyarakat di kebiri. Diajak untuk tidak menyalurkan hak politiknya.

Armia Fahmi itu, putra Aceh Tamiang, yang ingin membangun di kampung halamannya, dengan program visi dan misi yang dia buat. Jangka pendek, menengah dan panjang. Armia ingin Tamiang ini menjadi lebih baik lagi, serta berkelanjutan kenapa harus cut-cut politiknya,” katanya.

Lanjut Rozi; Armia, merupakan putra Aceh Tamiang asli, kampung halamannya di Kampung Bukit Tempurung [Rumah induk], kecamatan Kota Kualasimpang – Aceh Tamiang.

Masih Rozi, dia memaparkan bahwa; Pria berusia 58 tahun tersebut merasa sangat terusik, dengan ‘kampanye hitam’ yang dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, untuk tidak memilih dirinya di Pemilukada yang sesaat lagi akan di gelar.

“Ayo Siapa yang berani katakan Armia bukan orang Tamiang, kecil dia pun, kalau mau mandi lompat dari jembatan Tamiang, mancing, cari durian sampai cabut sekolah. Semua itu dilaluinya di sini. Kok Armia pulang mau membangun kampung halamannya di tahan dan di ributkan. Saat menjabat Kapolres pun Armia tidak pernah ganggu orang Tamiang, saat di Poldasu pun cukup banyak orang Tamiang yang di bantu,” bebernya Rozi. [Syawaluddin].

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *