OPINI  

Lebih Baik Ijtihad Daripada Taklid

Farhan Syardhi

DALAM MENJALANKAN kehidupan beragama, umat manusia dihadapkan pada beragam persoalan yang membutuhkan panduan berdasarkan ajaran agama. Dalam Islam, dua konsep utama sering menjadi bahan diskusi, yaitu ijtihad dan taklid. Walaupun keduanya memiliki tempat dalam tradisi Islam, memahami pentingnya ijtihad dibandingkan taklid menjadi kunci, terutama dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan dinamika kehidupan modern.

Memahami Ijtihad dan Taklid

Ijtihad dapat diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh yang dilakukan seorang Muslim dengan kapasitas keilmuan tertentu untuk memahami dan menggali hukum syariat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Proses ini melibatkan pemikiran kritis, analisis, serta metode sistematis untuk menemukan solusi terhadap persoalan yang tidak secara eksplisit dibahas dalam teks agama.

Sebaliknya, taklid merujuk pada sikap mengikuti pendapat ulama atau tokoh agama tanpa melakukan kajian atau analisis mendalam. Taklid biasanya dilakukan oleh individu yang merasa tidak memiliki kapasitas untuk menggali sumber hukum Islam secara langsung, sehingga mereka mempercayakan pandangan kepada ulama tertentu.

Keunggulan Ijtihad

Pertama; Memacu Pemikiran Inovatif Ijtihad memberikan ruang untuk berpikir secara kritis dan kontekstual, memungkinkan solusi yang relevan terhadap permasalahan zaman modern tanpa harus terikat pada pemahaman masa lalu yang sudah tidak sesuai.

BACA JUGA...  Menunggu Sepak Terjang Gubernur Terpilih Untuk Mengatasi Persoalan Di Aceh

Kedua; Menjaga Relevansi Syariah Dengan ijtihad, hukum Islam dapat terus berkembang sesuai perubahan zaman, tetap menjaga inti ajarannya tanpa kehilangan fleksibilitas.

Ketiga; Meningkatkan Kemandirian Berpikir Ijtihad mendorong umat untuk aktif memahami ajaran agama mereka sendiri, tidak hanya bergantung pada pendapat orang lain, sehingga memperdalam kualitas pemahaman keagamaan.

Kekurangan Taklid

Pertama; Membatasi Perkembangan Pemikiran Ketergantungan berlebihan pada taklid dapat menghambat inovasi dan pembaruan pemikiran Islam, membuat hukum Islam terkesan kaku.

Kedua; Berisiko Ketidaksesuaian Konteks Pendapat ulama terdahulu mungkin tidak relevan dengan kondisi saat ini. Mengikuti tanpa analisis dapat menghasilkan penerapan hukum yang tidak tepat.

Ketiga; Melemahkan Kualitas Pemahaman Agama Sikap pasif dalam taklid bisa mengurangi semangat belajar dan memahami ajaran agama secara mandiri.

Tantangan dalam Ijtihad

Ijtihad memang membutuhkan kompetensi tinggi, termasuk pemahaman mendalam tentang Al-Qur’an, Hadis, bahasa Arab, serta ilmu-ilmu pendukung lainnya. Oleh karena itu, tidak semua Muslim dapat melakukannya, tetapi semangat ijtihad tetap relevan bagi semua umat dalam mendorong pemikiran kritis dan mendalam.

BACA JUGA...  Bisakah Presiden Terguling?

Namun, umat Islam secara umum tetap dapat mendorong pemikiran kritis dan tidak sekadar mengikuti pendapat tanpa memahami dasar-dasarnya.

Dengan demikian, meski tidak semua orang bisa menjadi mujtahid, semangat ijtihad tetap dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi di Masa Kini

Di era digital seperti sekarang, banyak persoalan baru yang memerlukan pendekatan ijtihad untuk mencari solusi.

Contohnya adalah penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari, investasi dalam bentuk aset digital seperti cryptocurrency, atau isu-isu terkait etika dalam dunia medis seperti transplantasi organ dan rekayasa genetika.

Masalah-masalah ini sering kali tidak dibahas secara eksplisit dalam teks agama, sehingga memerlukan pemikiran kritis dan analisis mendalam.

Kemajuan teknologi dan informasi menimbulkan berbagai persoalan baru, seperti aset digital, etika teknologi, atau isu-isu bioetika yang tidak dibahas langsung dalam teks agama.

Masalah ini menuntut pendekatan berbasis ijtihad. Selain itu, kemudahan akses informasi di era digital juga mengharuskan umat lebih selektif, tidak hanya menerima pendapat tanpa analisis kritis.

Selain itu, akses informasi yang semakin mudah melalui internet juga menuntut umat Islam untuk lebih selektif dalam menerima pendapat agama.

BACA JUGA...  Tinjauan Kelebihan dan Kekurangan dengan Tarif Single PPN

Tidak sedikit informasi agama yang disebarluaskan tanpa landasan yang kuat, sehingga penting bagi umat untuk mampu berpikir kritis dan tidak hanya mengikuti secara taklid.

Fenomena ini menunjukkan bahwa ijtihad menjadi semakin relevan untuk menjawab tantangan zaman.

Penutup

Ijtihad menjadi fondasi penting untuk menjaga fleksibilitas dan relevansi Islam dalam menghadapi tantangan zaman.

Sementara taklid masih memiliki tempatnya, utamanya bagi mereka yang belum mampu berijtihad, terlalu bergantung pada taklid dapat menghambat kemajuan pemikiran agama.

Oleh karena itu, umat Islam perlu terus belajar, berpikir kritis, dan mendalami agama agar dapat menghadapi dinamika kehidupan modern dengan bijaksana. [].

[Penulis; Farhan Syardhi : Mahasiswa STEI SEBI Prodi Ekonomi Syari’ah]