Milad GAM ke 47 Langkah dan Asa para Syuhada

Santunan anak yatim di milad GAM ke 47

Kini semua itu telah berlalu dan dibayar mahal oleh perjuangan dan pengorbanan para syuhada yang melahirkan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinky antara GAM dan Pemerintah RI pada 14 Agustus 2005 di Finlandia.

KUALASIMPANG | mediaaceh.co.id – Gerakan Aceh Merdeka (GAM) begitu sebutannya. Secara De Facto diakui keberadaannya oleh republik ini. Sayap militer GAM yang terkenal militan itu mengingatkan kita, betapa gigihnya perjuangan sayap militer organisasi yang disebut dengan Teuntara Nanggroe Aceh (TNA), telah menoreh catatan bahwa mereka ada dan sangat heroik kala itu.

Agitasi yang beralasan itu; menancap erat di benak rakyat Aceh. Tak terkecuali organisasi GAM dengan TNA sebagai basis kekuatan militernya. Semua dilakukan karena proses ke tidak adilan antara pusat dan Aceh kala itu.

Hari ini 47 tahun silam, tak luput di ingatan kita, pergolakan GAM dan RI bercokol beranguskan infrastruktur dan ribuan nyawa manusia, kini menjadi saksi bisu yang tak terlupakan.

Para syuhada telah mencatat di pikiran kita, bahwa; perang membinasakan banyak orang dan meluluh lantakkan harta benda. Tanpa pandang bulu.

Itu menjadi saksi sejarah bagi bangsa ini, kalau rakyat Aceh memang heroik dan patriotisme untuk menolak ketidak adilan yang hadir ditengah-tengah mereka.

Kini semua itu telah berlalu dan dibayar mahal oleh perjuangan dan pengorbanan para syuhada yang melahirkan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinky antara GAM dan Pemerintah RI pada 14 Agustus 2005 di Finlandia.

Perjuangan rakyat Aceh sangat panjang dan melelahkan, pertama menghadapi agresi Belanda pada tahun 1873, Jepang pada tahun 1942-1945.

BACA JUGA...  Wow PWI Aceh Terima ‘Hermes Award’ Sebagai Journalist Assosiation Partner

Dan DI/TII tahun 1953-1960 serta konflik bersenjata dengan Pemerintah Republik Indonesia selama 29 tahun, yang mulai pada tahun 1976 dan berakhir pada tahun 2005.

Itu disampaikan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Teuming [Tamiang], Ishak saat membacakan sambutan Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haythar pada Milad GAM ke-47 di Menasah Babul MuTTAQIM Kampung Seunebok Dalam Upah Kecamatan Bendahara, Senin, 4 Desember 2023.

“Tanggal 4 Desember 2023, sama-sama kita bisa mengenang kembali sejarah yang berkaitan langsung dengan perjuangan Aceh. Milad GAM ke-47 ini mengusung tema Terus Melangkah, Menjemput Cita-Cita,” sebut Ishak dalam sambutannya.

Ishak yang akrab disapa Kureng menjelaskan 47 tahun yang lalu, penuh dengan pertimbangan sejarah dan aturan-aturan hukum internasional serta keberanian dan tekat Paduka Wali Nanggroe Almarhum DR. Tengku Tjhik Di Tiro Hasan bin Muhammad beserta para sahabatnya mendeklarasikan kemerdekaan kembali untuk Aceh di pegunungan Halimon, Pidie. Di saat itu pula, almarhum mengibarkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera negara Aceh.

“Perjuangan yang dirintisnya, kini memasuki 47 tahun dan telah tercatat berbagai peristiwa yang pernah terjadi sampai tahun 2005 dan hari ini dan menjadi suatu sejarah baru yang perlu dikembangkan dan diajarkan kepada generasi kita,” ungkapnya.

Kureng menyampaikan bahwa kita tak boleh berhenti, namun harus terus bergerak sampai berdampak pada tujuan akhir dari cita-cita perjuangan suci ini.

Kemudian sambung Kureng dengan peran besar seluruh anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) seluruh Aceh dalam rangka menggalang kolaborasi yang universal maka telah terbentuk rasa kebersamaan di berbagai wilayah dalam menyongsong kemenangan, terlebih lagi dalam hitungan puluhan hari ke depan, kita akan menghadapi kontestasi politik untuk pemilihan para anggota legislatif yang diusung oleh Partai Aceh, baik untuk kabupaten kota maupun Aceh.

BACA JUGA...  Masyarakat Marah UNHCR Belum Pindahkan Rohingya Yang Ada di Sabang

Kureng menambahkan, beberapa bulan setelah pemilu, kita akan berhadapan dengan pemilihan kepala daerah (pilkada), yang tentunya Partai Aceh juga akan mengusung kandidatnya, baik untuk bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota maupun gubernur/wakil gubernur. Dalam momentum ini, sangat diperlukan gagasan dan ide cemerlang.

“Dari proses awal perjuangan yang telah, sedang dan akan kita jalankan di masa-masa akan datang, sehingga dunia internasional bisa melihat bahwa, apa yang Aceh lakukan hari ini adalah demi hak asasi dan kebebasan dalam menentukan nasib sendiri dan pemerintahan sendiri (self determination and self government),” jelas Kureng.

Sebagai rakyat yang sejati dan pejuang yang tangguh, harus bisa membaca, melihat, mendengar, merasakan dan mengintropeksikan diri, apakah kita telah berbuat banyak untuk Aceh ini, baik dalam mengisi masa transisi (perdamaian) maupun dalam mempersiapkan diri untuk menggapai kemenangan, ataukah kita berada pada posisi yang dijajah dalam berbagai bentuk regulasi?

Dalam hal ini, kita tidak boleh membanggakan diri di segala bidang, bahkan dalam masa perdamaian ini, akan tetapi kebanggaan itu bisa ditunjukan ketika tujuan akhir (finishing) sudah tergenggam di tangan kita semua. Kebanggaan tersebut, harus dijaga agar tidak menjadi lengah dan terbuai dengan metafora yang diucapkan serta membuat Aceh kembali terjajah.

BACA JUGA...  Disbudpar Aceh Gelar Melayu Raya Art Festival 2022 

“Maka, yang sangat dibutuhkan adalah rasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kekuatan dan kesolidan dalam melalui berbagai rintangan di masa lalu,” ajaknya.

Pada kesempatan milad GAM ke-47 ini, saya tegaskan kepada anggota KPA seluruh Aceh, Kepengurusan Partai Aceh serta seluruh underbow (MUNA, Putroe Aceh, Inong Balee, Muda Seudang Aceh dan JASA) agar tetap menjadi bangsa yang besar yang dapat berdiri sendiri

“Atas dasar tujuan dan cita-cita dari leluhur kita. Kita tidak boleh menjadi bangsa miskin dan bodoh, yang hanya bisa menghabiskan hasil dan kandungan alam secara menyeluruh, kita harus terus belajar dan berjuang,” tegasnya.

Milad GAM ke 47 Tahun 2023 dihadiri petinggi jajaran KPA/PA, Anggota DPRK Aceh Tamiang dari Partai Aceh dan juga turut hadir para Caleg DPRA – DPRK dari Partai Aceh. Disamping itu juga digelar Zikir Aruwah Syuhada, Shalawat Nabi, Tabliq Akbar serta Penyantunan Anak Yatim. [Syawaluddin].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *