BANDA ACEH | AP-Dalam rangka mempercepat pertembuhan Perekonomian di Provinsi Aceh sangat diperlukan dukungan dan perhatian khusus dari pengelolaan potensi-potensi wisata yang ada di Provinsi Aceh. Berdasarkan hasil kajian ekonomi regional Provinsi Aceh oleh perwakili Bank Indonesia (BI) cabang Provinsi Aceh menyatakan perteumbuhan perekonomian bidang kepariwisata di Aceh belum tergarap dengan maksimal.
Hal itu terungkap dalam kegiatan seminar Kajian Ekonomi Regional Provinsi Aceh 2016 di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh, Rabu 28 September 2016.
Kepala BI cabang Aceh Ahmad Farid mengatakan, selama ini pengembangan perekonomian oleh Pemerintah Aceh belum mandiri, dan masih tergantung pada Anggaran Pendapatan Belanja Aceh(APBA).
“Sehingga pengelolaan berbagai potensi khususnya potensi wisata di Aceh berjalan maual dan lambat, sehingga menumbuhkan jumlah pengangguran di Aceh meningkat,” ujar Ahmad Farid kepada wartawan.
Padahal sambung Ahmad Farid, berdasarkan analisis BI, perekonomian Aceh sebenarnya sudah mulai bangkit atau meningkat, hal ini ditandai dengan posisi ekonomi di Aceh tahun 2015 lalu kontraksi minus 0,72 persen sehingga hasinya negatif.
“Akan tetapi pada tahun 2016 hasilnya sudah positif, meningkat pada angka 3,54 persen hal ini mengartikan ekonomi di Aceh sudah mulai tumbuh, tinggal pengelolaan potensi wisata lagi,” sambung Ahmad Farid.
Kenapa demikian?, tanya Ahmad Farid. Salah satu sektor sebut Ahmad Farid, dan sangat menjanjikan dan murah dalam hal pengembangan perekonomian daerah itu melainkan pengelolaan wisata dengan baik.
“Dan untuk menunjang pembangunan pariwisata diperlukan kerja sama semua pihak, dan kesiapan masyarakat dalam mengembangkannya,” tutupnya. (Azwar)