Mari Berusaha dan Bertaubat

Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, S.Ag, M.Pd saat bertemu Presiden RI ke 7, Ir H Joko Widodo.

Dalam sejarah Islam banyak kisah tentang wabah yang pernah dihadapi oleh umat Islam, baik semasa Rasulullah SAW maupun setelahnya. Bagaimana umat Islam menghadapinya?

Hal pertama yang mesti dilakukan seorang muslim dalam menghadapi wabah penyakit adalah menata akidahnya dengan cara bertaubat dari dosa dosa yang pernah dilakukan kemudian baru berikhtiar semaksimal mungkin untuk menghindarinya, dengan cara menjaga protokoler kesehatan (protkes) dan menjalani vaksinasi. Bahkan sikap ini, kata Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd, saat diwawancarai tim redaksi MEDIA ACEH melalui sambungan telpon seluler, belum lama ini, menegaskan ikhtiar dan berdoa dalam menghadapi wabah penyakit merupakan perintah langsung dari Rasulullah SAW.

“Tidak ada adwa (penyakit menular), tidak ada thiyarah dan hammmah (menyandarkan nasib pada burung), dan tidak ada shofar (menjadikan bulan shofar sebagai bulan sial); dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa.” (HR. Bukhari).

Untuk itu kata Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, S.Ag, M.Pd, umat Muslim disunnahkan menghindari wabah bukan mendekat atau malah menentang. Disunahkan menghindar dari wabah sesuai hadits, dari Amru bin asy-Syarid, dari Bapaknya, dia berkata:

“Dalam delegasi Tsaqif (yang akan Dibai’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) terdapat seorang laki-laki berpenyakit kusta. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim seorang utusan supaya mengatakan kepadanya: “Kami telah menerima bai’at Anda. Karena itu Anda boleh pulang.” (HR Muslim).

Dari sudut pandang agama, Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd, menganjurkan, seorang muslim juga mesti senantiasa berprasangka baik kepada Allah atas setiap ujian-Nya. Sekligus ia senantiasa optimis dalam menghadapinya dan berucap kata-kata yang baik. Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Nabi SAW dalam haditsnya.

“Dari Anas: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah penyakit menular tanpa izin Allah dan tidak ada pengaruh dikarenakan seekor burung, tetapi yang mengagumkanku ialah al-Fa’lu (optimisme), yaitu kalimah hasanah atau kalimat thayyibah (kata-kata yang baik).” (HR. Bukhari Muslim).

Umat Muslim terutama masyarakat Aceh Besar, kata Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd, harus menuruti anjuran pemerintah dan ulama untuk tetap berada di wilayah terdampak. Hal ini seperti disampaikan Rasulullah. Dari Usamah bin Zaid, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim).

BACA JUGA...  Satkamling 2023, Kapolres Aceh Utara Serahkan Penghargaan Kepada Tiga Gampong Ini

Dan juga yang terpenting kata Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd, di musim wabah ini umat Islam tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal itu sesuai anjuran Rasulullah.

Dari Abu Said al-Khudri: Rasulullah saw bersabda: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Siapapun yang membuat suatu bahaya maka Allah akan membalasnya, dan siapapun membuat kesulitan atas orang lain, maka Allah akan menyulitkannya.” (HR. Malik,Daruquthni, Hakim dan Baihaqi).

Meski demikian umat juga harus ikhtiar untuk mencari obat yang dibolehkan sesuai syariat. Selama ini pemerintah telah berusaha mencegah Covid-19 dengan melakukan vaksinasi kepada seluruh warga negara. Hal ini sesuai apa yang dikatakan Rasulullah.

Dari Jabir: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla.” (HR. Muslim).

Peran Agama Sangat Penting

Agama dalam mengatur kehidupan masyarakat berperan sangat penting. Agama adalah salah satu medium yang dapat dijadikan sandaran bagi setiap hidup individu dalam mengeliminasi persoalan kehidupan, seperti kasus penyebaran COVID-19 yang saat ini semakin mengkhawatirkan.

“Kita diperintahkan dalam agama untuk melakukan usaha pencegahan supaya Covid-19 segera berakhir,” ujar Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd, mengungkapkan cara pencegahan Covid-19 dari sudut pandang agama.

Dalam hal apapun ketika umat Islam tidak punya ilmu di bidang apapun, maka dalam agama Islam diajarkan umat Islam untuk bertanya kepada para ahli. Para ahli menyarankan kepada umat manusia untuk mengikuti protkes dan vaksin.

BACA JUGA...  TRH, Pemanfaatan Teknologi Digitalisasi itu Sangat Penting

“Vaksin itu upaya atau ikhtiar untuk memperkuat antibodi, bila vaksin itu bermanfaat mencegah Covid-19, maka sangat dianjurkan untuk dilakukan sejauh tidak memberi dampak bahaya dan mengandung zat zat yang haram,” sebutnya.

Para ahli pun telah menyatakan bahwa vaksin aman dilakukan, dan majelis ulama juga telah menegaskan bahwa vaksin juga halal.

“Itu pendapat ahli dan majelis ulama, bukan saya yang bicara,” tegas dosen UIN Arraniry Banda Aceh ini.

Pimpinan Dayah Tgk Oemar Diyan, Indrapuri, Aceh Besar ini melanjutkan, pencegahan Covid-19 dari sudut pandang agama perlu dilakukan beberapa pendekatan, seperti berusaha, berdoa, bertaubat dari segala dosa.

“Mari kita bertaubat dari dosa dosa. Karena setiap penyakit yang diturunkan ke dunia ini ada hubungannya dengan dosa umat manusia, makanya mari kita bertaubat,” ajak putra Montasik ini.

Sikap Seorang Muslim Dalam Menyikapi Wabah Covid-19

Pimpinan Dayah Oemar Diyan, Indrapuri, Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd kembali menyebutkan, Wabah penyakit, seperti Corona Virus Infection Disease-19 (Covid-19), telah menjadi bagian dari sejarah manusia, dan juga telah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup. Salah satu wabah yang sering disebut oleh Rasulullah adalah penyakit tha’un. Perlu dicermati bahwa kata tha’un telah digunakan oleh masyarakat Arab secara luas sebelum masa Nabi.

Mengapa wabah bisa muncul ?

Ditinjau dari sisi medis, munculnya wabah disebabkan oleh proses mutasi genetik dari bakteri atau virus. Diantara penyebab mutasi ini karena virus yang biasa tinggal di tubuh hewan sering terpapar dengan sel manusia (misalnya pada hewan yang dimakan), sehingga virus menyesuaikan diri dan akhirnya tinggal di sel tubuh manusia.

Apabila dari sisi syariat, tentu saja Allah yang menyebabkan terjadinya mutasi genetik tersebut. Adapun sebab lainnya adalah karena maksiat dan dosa manusia karena semua musibah itu karena ulah tangan manusia secara langsung atau dosa manusia.

“Mari kita bertaubat memohon ampun kepada Allah SWT,” begitulah Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd kembali mengajak bertaubat.

BACA JUGA...  Prediksi Gelombang Ketiga COVID-19 di Akhir Tahun, Optimis Ledakan Kasus Dapat Dicegah

Pada wabah Covid-19, penyakit yang ditimbulkan ini berbeda dengan jenis pneumonia biasa karena jenis virus yang berbeda pula. Bagian tubuh yang umumnya terserang adalah saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, mirip seperti flu biasa. Diantara gejala yang muncul seperti pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam dengan masa inkubasi mencapai 14 hari.

Bagaimana sikap seorang muslim menghadapi wabah Covid-19 ?

Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd menyarankan, sebagai seorang muslim yang mengimani takdir dan ketentuan Allah, kita wajib meyakini bahwa musibah wabah yang terjadi saat ini di berbagai belahan dunia merupakan takdir yang telah Allah tetapkan jauh sebelum manusia diciptakan. Namun demikian, dalam menyikapi musibah yang sedang terjadi seorang muslim hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:

Tawakkal kepada Allah

Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi. Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd mengutip Firman Allah SWT sebagai berikut:

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)

Selanjutnya, Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd mengajak umat Islam terutama masyarakat Aceh Besar untuk menjaga aturan Allah. Selaku hamba Allah, Kita harus ingat apabila kita menjaga aturan Allah, memperhatikan perintah dan menjauhi larangan-Nya, pastilah Allah akan menjaga kita pula. Dalam nasihat Rasulullah kepada Ibnu ‘Abbas disebutkan:

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Malu Achh..  silakan izin yang punya webs...