TAKENGON (MA) – Ketua Yayasan Gajah Putih, (UGP), Mustafa Ali menyebut pemberhentian ketua rektor dan Warek I dan II dari jabatannya karena ada desakan atau “disandera”, pada hari Jum’at lalu. Senin 16/2023.
Mustafa Ali merasa tidak punya pilihan lain karena sudah didesak masa (Mahasiswa/ Dosen) pada hari itu, “Sudah tersandera, saya tidak bisa apa-apa, Akhirnya saya tanda tangan dari pada saya juga di tampar oleh mahasiswa,”terang ketua yayasan UGP tersebut.
Ia juga menambahkan dalam konferensi pers di ruang kerjanya di UGP setempat
Mustafa menjelaskan, keputusan memberhentikan rektor beserta 2 orang wakilnya diambil setelah gagalnya mengalami pertemuan antara pihak yayasan, rektorat, dosen, pegawai, dan para mahasiswa, Jum’at 13 Oktober 2023, di kampus itu.
“Rektor tiba-tiba meninggalkan acara saat pertemuan berlangsung, akhirnya timbul ricuh, mahasiswa sempat mengejar rektor,” ungkap Mustafa.
Setelah kejadian itu, sambung Mustafa Ali, dia kembali ke kantor. Sampai di sana, masa sudah masuk ruangannya dan mengerumuni. “Saya dikurung, harus teken itu, mencabut SK penonaktifan dosen dan memberhentikan Rektor dan Warek,” ungkap mustafa.
Yang diminta cabut, penjelasan Mustafa, adalah SK penonaktifan para dosen dan tenaga administrasi. Selain itu, masa juga mendesak agar pihak yayasan memberhentikan rektor dan wakil rektor I, dan II.
Selain itu, sebut ketua yayasan, kalau memang pemecatan ini cacat hukum. “Maka kita harus menunggu pernyataan pakar hukum, apakah sah dan tidak sahnya terkait pemecatan tersebut,” ungkapnya.
Lanjut Mustafa, terkait pemecatan Rektor dan Warek.”Kami masih belum bisa melantik rektor dan warek baru sebelum masalah ini betul-betul selesai,” pungkasnya. (AR)