ACEH UTARA (MA) — Makam Sultan Malikussaleh di Samudra Pasai yang terletak Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara,
menyimpan banyak fakta sejarah yang menarik dan penting dalam perjalanan masuknya Islam ke Indonesia.
Sultan Malikussaleh adalah pendiri kerajaan Samudera Pasai, salah satu kerajaan Islam pertama di Nusantara. Keberadaan makam ini tak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi pusat ziarah bagi masyarakat, peneliti, dan wisatawan yang tertarik dengan sejarah Islam di Indonesia. Berikut adalah beberapa fakta penting mengenai makam Sultan Malikussaleh dan peran historisnya.
Penemuan Makam Sultan Malikussaleh
Makam Sultan Malikussaleh ditemukan pada tahun 1297 Masehi, dan menjadi salah satu bukti konkret bahwa Islam telah hadir di Indonesia sejak abad ke-13. Penemuan makam ini menandai awal mula perjalanan penyebaran agama Islam di Nusantara, yang kemudian berkembang pesat di berbagai wilayah Indonesia. Makam tersebut sekaligus menjadi simbol penting dari hubungan Indonesia dengan dunia Islam di masa lalu, terutama dengan wilayah Asia Selatan.
Kemiripan Batu Nisan dengan Batu Nisan Gujarat, India
Salah satu fakta menarik yang ditemukan oleh para ahli sejarah adalah kemiripan batu nisan di makam Sultan Malikussaleh dengan batu nisan yang ada di Gujarat, India. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan perdagangan dan budaya antara Samudera Pasai dengan Gujarat. Kedekatan ini bukan hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga dalam pertukaran budaya dan agama, yang kemudian memperkuat posisi Samudera Pasai sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Batu nisan di makam Sultan Malikussaleh juga merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Keberadaannya memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk arsitektur nisan Islam awal di Indonesia, yang kemudian menjadi ciri khas pada berbagai makam di Nusantara. Banyak ahli yang percaya bahwa batu nisan di makam ini memiliki nilai sejarah tinggi, karena menunjukkan pengaruh asing dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Pusat Ziarah dan Penelitian Sejarah
Kini, makam Sultan Malikussaleh menjadi salah satu situs bersejarah yang sering dikunjungi oleh wisatawan dan peneliti sejarah. Wisatawan yang datang ke makam ini umumnya ingin menyaksikan langsung peninggalan sejarah yang menjadi bagian penting dari perkembangan Islam di Indonesia. Selain itu, para peneliti sejarah juga kerap mengunjungi makam ini untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai peran Sultan Malikussaleh dalam penyebaran Islam dan perkembangan Kerajaan Samudera Pasai.
Seperti yang disampaikan oleh Tgk. Abdul Rani, salah satu penziarah yang sering datang ke makam tersebut, “Makam Sultan Malikussaleh adalah tempat yang sangat sakral dan penting bagi kami. Selain berziarah, kami juga merasakan kebesaran sejarah Islam yang ada di sini.” Ummi Munirah, penziarah lainnya, menambahkan bahwa setiap kali ia datang, ia merasakan kedamaian dan kebanggaan atas warisan leluhur yang ada di Samudera Pasai.
Dan Makam Sultan Malikussaleh dianggap sebagai makam suci oleh masyarakat umum. Banyak yang meyakini bahwa makam ini memiliki nilai spiritual yang tinggi, sehingga banyak orang datang untuk berziarah dan berdoa. Tradisi ziarah ke makam-makam tokoh sejarah Islam seperti Sultan Malikussaleh telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh, makam ini tidak hanya sekedar situs sejarah, tetapi juga tempat yang penuh dengan nilai-nilai religius.
Kompleks Pemakaman dan Pusat Kerajaan Samudera Pasai dimana Makam Sultan Malikussaleh terletak di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Makam ini berada di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera Pasai, yang menunjukkan betapa besarnya peran kerajaan ini pada masa lampau. Di kompleks pemakaman tersebut, selain makam Sultan Malikussaleh, juga terdapat makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, anak laki-laki Sultan Malikussaleh, dan makam Ratu Nahritsyah, salah satu perempuan pertama yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai.
Kehadiran makam-makam ini memperkaya warisan sejarah Samudera Pasai, yang dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam terkuat di Asia Tenggara. Kerajaan ini memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, serta menjadi pusat perdagangan yang berpengaruh di kawasan tersebut.
Pentingnya Melestarikan Situs Sejarah
Makam Sultan Malikussaleh tidak hanya menjadi tempat ziarah dan penelitian, tetapi juga harus dijaga dan dilestarikan agar generasi mendatang dapat terus memahami sejarah panjang penyebaran Islam di Indonesia. Keberadaan makam ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghormati warisan sejarah, sehingga nilai-nilai sejarah dan spiritual yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan dikenang.
Dengan segala fakta dan sejarah yang ada, makam Sultan Malikussaleh menjadi simbol penting bagi sejarah Islam di Indonesia. Melalui makam ini, kita dapat belajar tentang masa lalu, serta menghargai peran besar para pendahulu dalam membangun fondasi peradaban Islam di Nusantara.(Adv)