Mahasiswa Geruduk Gedung DPRA dan Gubernur Tolak Kenaikan BBM

Mahasiswa Geruduk Gedung DPRA dan Gubernur Tolak Kenaikan BBM

BANDA ACEH (MA) – Demo serentak yang dilakukan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) dan Univeritas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry empat hari lalu [3 September 2022] di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan di depan Kantor Gubernur tak menyurutkan pemerintah untuk tidak menaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Demo dipicu oleh kebijakan pemerintah untuk menaikan BBM jenis Pertalite Rp10 ribu rupiah per liter, Solar Subsidi Rp6800 ribu rupiah per liter dan Pertamax Rp14 ribu rupiah per liter.

Gelombang demo tidak hanya terjadi di Aceh, hampir diseluruh wilayah Indonesia tak terkecuali Jakarta, yel-yel yang disuarakan menolak kebijakan pemerintah RI menaikan BBM.

Di Aceh, hampir seluruh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari masing-masing utusan Universitas tumpah, baik di Banda Aceh atau Ibukota Kabupaten dan Kota masing-masing serentak melakukan aksi Pemerintah Jalanan.

BACA JUGA...  Kota Banda Aceh Raih Juara Umum Lomba Kreativitas Peserta Didik 2019

Sumber dari mahasiswa USK menyebut; keputusan pemerintah pusat menuai banyak sekali kritikan dari masyarakat, berbagai argumentasi dilemparkan untuk mencoba mengkritik dan menolak keputusan pemerintah, masih menemukan jalan buntu.

Salah satu elemen masyarakat yang menolak adalah dari kalangan intelektual muda yang dikenal karena idealismenya yakni mahasiswa.

Begitu pernyataan Komenhokam BEM USK, Rahmad Fahlevi kepada mediaaceh.co.id, Rabu, 8 September 2022 di Banda Aceh.

Satu bentuk penolakan kalangan mahasiswa terhadap kenaikan harga BBM bisa lihat di Kota Banda Aceh, dimana kota yang memiliki 2(Dua) kampus dengan tagline ‘Jantong Hatee Rakyat Aceh’ yakni Universitas Syiah Kuala (USK) dan juga UIN Ar-Raniry.

BACA JUGA...  AKP Sudianto: Keamanan Tanggungjawab Bersama

Sama-sama melakukan aksi demonstrasi berisikan isu nasional seperti kenaikan BBM dan Isu daerah pun menjadi santapan pemerintah jalanan; seperti isu tingkat kesejahteraan masyarakat Aceh, pendidikan, kemiskinan.

Anehnya kata Fahlevi; aksi tersebut tidak dilakukan secara serentak, mulai harinya yang berbeda hingga lokasinyapun berbeda, UIN di DPRA dan USK dikantor Gubernur Aceh. “Kenapa ya, kok demo kali ini USK dan UIN ga dilakukan secara serentak?,” Ucapnya

Menurutnya, kedua Universitas tersebut melakukan aksi seolah seperti shif. Disamping isu nasional, USK membawa segudang tuntutan isu daerah sebanyak 25 point tuntutan mulai dari kemiskinan, DOKA, pendidikan, ekonomi, pelecehan seksual hingga konflik agraria.

Dalam kesempatan yang sama,
Presiden mahasiswa USK, Zawata Afnan juga menyampaikan bahwa perbedaan jadwal dan lokasi demonstrasi USK dan UIN Ar-Raniry itu merupakan pola pergerakan. “Itu adalah pola pergerakan,” Kata Zawata Afnan

BACA JUGA...  Kasus Epong Reza, Saksi Meringankan Absen

Sementara Fahlevi merasa penjelasan lewat penyataan dari Presma dan Menkopolhukam USK ini cukup untuk menjadi jawaban tervalidasi guna menjawab asumsi liar yang beredar di kalangan mahasiswa dan masyarakat pada umumnya terkait perbedaan jadwal dan lokasi demonstrasi berbeda yang dilakukan oleh USK dan UIN Ar-Raniry. Pungkasnya. [M. Ilham/Syawaluddin].

Penulis: SyawaluddinEditor: Syawaluddin Ksp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Malu Achh..  silakan izin yang punya webs...