Ikan Purba Coelacanth, Ditemukan Nelayan Gorontalo, Diselamatkan Wartawan Sulut dan Ilmuwa

Ikan Purba Coelacanth yang ditemukan oleh nelayan di perairan Gorontalo dan berhasil diselamatkan oleh wartawan Sulut serta ilmuwan pada Jumat, 15 Januari 2024. Penemuan langka ini mengundang perhatian besar dari kalangan ilmiah. [Foto: ARP/PN5]

Ikan ini ditemukan oleh seorang nelayan setempat, Oscar Kaluku (53), dalam kondisi yang tak lazim—muncul ke permukaan laut di siang hari, sesuatu yang sangat jarang terjadi mengingat spesies ini biasanya hidup di kedalaman 150-500 meter.

GORONTALO | mediaaceh.co.id – Dunia ilmiah kembali dikejutkan oleh penemuan seekor ikan purba coelacanth (Latimeria menadoensis) di perairan Desa Imana, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, pada Kamis, 16 Januari 2025 lalu. dikutip dari laman PRONews5.com.

Ikan ini ditemukan oleh seorang nelayan setempat, Oscar Kaluku (53), dalam kondisi yang tak lazim—muncul ke permukaan laut di siang hari, sesuatu yang sangat jarang terjadi mengingat spesies ini biasanya hidup di kedalaman 150-500 meter.

Penemuan ini hampir berakhir tragis karena warga setempat yang tidak menyadari nilai ilmiahnya berencana membuang atau membelah ikan tersebut.

Namun, berkat intervensi seorang wartawan, Adrianus R Pusungunaung, dan ahli perikanan dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, ikan tersebut berhasil diselamatkan untuk penelitian lebih lanjut.

Menurut keterangan Oscar Kaluku, ikan purba ini pertama kali terlihat sekitar pukul 14.00 WITA.

Awalnya, ia mengira ikan tersebut adalah kura-kura karena bentuk tubuhnya yang tidak biasa.

Ikan ini muncul ke permukaan hingga empat kali sebelum akhirnya berhasil diangkat ke atas perahu menggunakan pengait (ganco).

Namun, akibat luka dari pengait dan perubahan suhu drastis, ikan tersebut mati sesaat setelah tiba di daratan.

Sesampainya di desa, Oscar menunjukkan ikan tersebut kepada warga dan terkejut dengan bentuk dan ukurannya yang mencapai 127 cm dengan berat 41 kilogram.

Seorang warga, Ruslan Manopo, kemudian mengunggah foto ikan itu ke media sosial Facebook, yang akhirnya menarik perhatian Adrianus R Pusungunaung, seorang jurnalis di Sulawesi Utara, yang memahami pentingnya spesies ini.

BACA JUGA...  Aceh Tamiang Zona Merah, Sekda Gelar Rakor Teknis Penanganan Covid19

Adrianus segera menghubungi Prof. Dr. Ir. Alex Kawilarang Warouw Masengi, M.Sc., seorang ahli coelacanth dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unsrat.

Prof. Alex langsung meminta agar ikan tersebut tidak dibuang dan disimpan dalam kondisi beku menggunakan es balok.

Setelah berkoordinasi dengan PLT Dekan FPIK Unsrat, Prof. Dr. Roike Iwan Montolalu, SPi., M.Sc., tim peneliti berangkat ke lokasi dan tiba setelah menempuh perjalanan darat selama tujuh jam.

Saat tiba di Atinggola, mereka memastikan bahwa ikan tersebut adalah spesies Indonesian coelacanth, salah satu ikan purba yang sangat langka dan dilindungi dunia.

Temuan Ilmiah yang Mengguncang Dunia

Menurut Prof. Alex, penemuan ini sangat tidak biasa. Coelacanth dikenal sebagai “fosil hidup” karena telah bertahan sejak zaman dinosaurus dan tetap mempertahankan bentuk aslinya selama lebih dari 400 juta tahun.

Ikan ini biasanya ditemukan di perairan dalam dengan suhu rendah dan hampir tidak pernah muncul ke permukaan.

Dugaan sementara menyebutkan bahwa ikan betina ini sedang hamil, terlihat dari ukuran perutnya yang membesar.

Dugaan ini diperkuat melalui konsultasi dengan para ahli internasional, termasuk Prof. Kerry Sink dari Afrika Selatan dan Dr. Masamitsu Iwata dari Jepang.

Ixchel F. Mandagi, seorang peneliti dari FPIK Unsrat, mencatat bahwa ini adalah spesimen coelacanth ke-9 yang ditemukan di Indonesia. Berat ikan ini sekitar 40 kilogram dengan panjang 127 cm dan tinggi 41 cm.

Untuk memastikan spesimen tetap terjaga, tim Unsrat berkoordinasi dengan Prof. Yutaka Takeuchi dari Kanazawa University, Jepang, guna menyimpan ikan tersebut dalam fasilitas khusus dengan suhu -80°C.

BACA JUGA...  Polda Aceh Diminta Backup Polres Gayo Lues Tuntaskan Kasus CSR

Rencana penelitian lanjutan juga melibatkan ilmuwan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Tokyo University of Marine Science and Technology.

Prof. Alex menegaskan pentingnya edukasi kepada nelayan dan masyarakat agar tidak secara sengaja menangkap ikan coelacanth, yang termasuk dalam daftar Appendix I CITES sebagai spesies yang dilindungi.

Dalam wawancaranya, Adrianus R Pusungunaung mengaku langsung tergerak ketika melihat unggahan di Facebook yang dibuat oleh Ruslan Manopo.

Ia memahami betapa pentingnya spesies ini karena telah banyak membaca buku dan berdiskusi dengan para ahli saat ikan coelacanth ditemukan di perairan Sulawesi Utara. “Begitu melihat postingan itu, saya langsung menghubungi Prof. Alex dan tim Unsrat.

Kami segera bergerak malam itu juga ke Gorontalo untuk menyelamatkan ikan ini,” ujar Adrianus.

Tindakan cepat ini terbukti krusial dalam memastikan ikan tetap dalam kondisi yang layak untuk diteliti lebih lanjut.

Coelacanth: Ikan Purba yang Selamat dari Zaman Dinosaurus

Coelacanth telah bertahan dari berbagai kepunahan massal yang memusnahkan sebagian besar kehidupan di Bumi, termasuk kepunahan yang menghabisi dinosaurus. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh Louis Agassiz pada 1836 berdasarkan fosil berusia 260 juta tahun.

Pada 22 Desember 1938, seorang kurator museum di Afrika Selatan, Marjorie Courtenay-Latimer, menemukan spesimen coelacanth pertama yang masih hidup. Ikan tersebut diidentifikasi oleh J.L.B. Smith, seorang ahli ichthyologist, yang kemudian menamai spesies itu Latimeria chalumnae.

Setelah itu, penemuan kedua terjadi pada tahun 1952 di Kepulauan Komoro, Afrika, dan sejak saat itu beberapa spesimen lainnya ditemukan di perairan Madagaskar, Mozambik, dan Kenya.

BACA JUGA...  Satnarkoba Deli Serdang Amankan 8 Bal Narkotika Golongan 1 di Bus Putra Pelangi

Pada 1997, dunia kembali terkejut ketika spesies coelacanth Indonesia ditemukan di pasar ikan Sulawesi oleh pasangan peneliti Arnaz Mehta Erdmann dan Mark Erdmann.

Dari analisis DNA, diketahui bahwa spesies ini berbeda dengan yang ditemukan di Afrika, sehingga secara resmi dinamai Latimeria menadoensis oleh ahli ikan Prancis, Laurent Pouyaud.

Saat ini, coelacanth dianggap sebagai spesies rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), sedangkan spesies Afrika masuk dalam kategori terancam punah.

Kedua spesies ini sekarang dilindungi oleh CITES, yang melarang perdagangan mereka.

Penemuan coelacanth di Gorontalo menambah daftar penting dalam studi evolusi ikan purba dan keberlanjutan ekosistem laut dalam.

Para ilmuwan berharap bahwa penelitian lebih lanjut dapat mengungkap lebih banyak tentang biologi reproduksi, kebiasaan hidup, dan konservasi spesies langka ini.
Berkat campur tangan wartawan dan para ilmuwan, ikan purba ini tidak berakhir di meja makan atau hilang begitu saja.

Penemuan ini bukan hanya menambah pengetahuan dunia, tetapi juga mengingatkan kita tentang betapa berharganya keanekaragaman hayati laut yang masih menyimpan banyak misteri. [PRONews5.com/VM].