BANDA ACEH | AP – Fenomena korupsi di negeri berideologi Pancasila ini seperti tak mampu dibendung lagi. Meliahat gelagat itu, Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh membedah buku puisi perlawanan terhadap tindak pidana korupsi karya Sri Radjasa Chandra dengan tema perangi korupsi sampai keliang lahat atau mati tak bermartabat, di Banda Cofee Banda Aceh, Sabtu (24/9/16) Banda Aceh.
Bedah buku tersebut dihadiri oleh mahasiswa, masyarakat serta unsur pegiat sosial lainnya. Kegiatan ini dipimpin oleh Samsul Kahar pimpinan Harian serambi Indonesia, Khamaruzzaman Bustaman Ahmad, akademisi UIN Ar-Raniry, Syarifuddin Budiman, Ketua Partai Hanura Aceh serta Mukhilssudin Ilyas dari Bandar Publising.
Samsul Kahar menilai, buku tersebut dapat menjadi salah satu senjata baru yang digunakan oleh GeRAK Aceh untuk melawan korupsi, karena tulisannya menusuk langsung ke sanubari manusia. Begitu juga dengan si penulis buku ini dirinya sangat berani. Sama seperti apa yang ditulis, terkesan elegan serta sangat menyentuh terhadap apa yang sedang dilakukan dalam memberantas korupsi.
“Salut saya dengan penulis buku ini dan juga GeRAK Aceh selaku penggerak bedah buku,” ujarnya.
Mukhilssudin Ilyas selaku penerbit buku ini menyampaikan, saat menerbitkan buku ini pihaknya hanya butuh pertemuan tiga kali. Dan sebagai seorang publiser, ini menjadi pelajaran bagi dirinya.
“Buku puisi perlawanan ini menjadi cara baru mereduksi korupsi dan GeRAK tepat melakukannya,” katanya.
Sementara itu, Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Khamaruzzaman Bustaman Ahmad mengatakan, buku puisi perlawanan ini lebih menggunakan bahasa batin.“Sebenarnya, ada dua bahasa yang sering digunakan, pertama melalui pikiran dan melalui batin. Seperti halnya sastrawan dia menggunakan bahasa jiwa bukan bahasa yang muncul dari pikiran,” katanya.
Lanjut Khamaruzzaman, buku ini dihasilkan ketika penulis saat sedang sendiri, dimana ketika level manusia menggunakan jiwa sebagai bahan tulisannya. Selain itu, dirinya menyampaikan bahwa salah satu puisi yang ada dalam buku puisi perlawanan ini sudah dimuseumkan di Jakarta, namun ia tak menyebutkan puisi tersebut.
“Di Jakarta ada puisi dalam buku ini yang sudah di musiumkan, silahkan dicari mana pusi disitu yang paling menarik,” tuturnya.
Berikut salah satu puisi dalam buku tersebut.
“Lawan Sekarang Juga!Diatas pusara pahlawan tak dikenal ketundukan danKuangkat sumpah demi Allah SWT…Terkutuklah mereka yang membiarkan negeri ini porak porandaDemi mengejar nafsu birahi kekuasaanMembeli hukum dengan uang hasil rampokanDemi citra individu semataNamun dikangkanginya hukumSaudaraku…Lawan sekarang jugaAtau anak cucu kita tak sempat lagi menikmati sinar matahari IndonesiaSahabatku…Diam sama sekali bukan emasDiam bisa jadi takut atau bagian dari merekaIngat…Jika tak mampu ku lawan diduniaKutunggu di akhirat nanti… [r | Arifin ]