ACEH UTARA (MA) – Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Aceh Utara beberapa hari terakhir mengakibatkan meluapnya air irigasi di Kecamatan Langkahan. Luapan air ini tidak hanya membanjiri badan jalan, tetapi juga merendam ratusan hektar sawah milik masyarakat setempat, menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para petani.
Fenomena ini bukanlah hal baru. Hampir setiap kali curah hujan tinggi, luapan air irigasi selalu menjadi masalah yang berulang tanpa ada solusi jangka panjang dari pihak terkait. Kondisi ini memicu kekecewaan masyarakat, terutama para petani yang mengandalkan sawah sebagai sumber utama penghidupan. Mereka mengeluhkan minimnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, khususnya Dinas terkait yang seharusnya bertanggung jawab dalam penanggulangan masalah ini.
Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Langkahan, yang tidak ingin disebutkan namanya, menyampaikan kepada media ini pada Selasa (3/12) bahwa masyarakat sudah berulang kali menyuarakan keluhan ini kepada pemerintah daerah. Namun, hingga saat ini, belum ada tindakan konkret untuk memperbaiki saluran irigasi yang kerap meluap.
“Setiap musim hujan, kami selalu menghadapi masalah yang sama. Air irigasi meluap dan merendam sawah-sawah kami. Kerugian yang dialami petani sangat besar, tetapi pemerintah tampaknya tutup mata. Kami sudah lelah menyampaikan aspirasi, namun hasilnya nihil,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi ini tidak hanya merugikan petani dari sisi ekonomi, tetapi juga memengaruhi psikologis mereka. Para petani merasa tidak diperhatikan dan kehilangan harapan untuk meningkatkan produktivitas hasil panen mereka di masa mendatang.
Di sisi lain, beberapa masyarakat juga mempertanyakan desain dan pemeliharaan saluran irigasi di wilayah tersebut. Banyak yang menduga bahwa sistem irigasi yang ada saat ini sudah tidak mampu menampung debit air saat musim hujan tiba. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan secara terencana agar masalah ini tidak terus berulang setiap tahun.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara maupun Dinas terkait belum memberikan tanggapan resmi terkait persoalan tersebut. Masyarakat berharap adanya langkah konkret untuk memperbaiki sistem irigasi dan mencegah kerugian yang lebih besar di masa depan.
Masalah ini menjadi peringatan bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah, untuk segera mengambil tindakan. Ketidakpedulian terhadap persoalan ini tidak hanya merugikan petani secara finansial tetapi juga menghambat kemajuan sektor pertanian di Kabupaten Aceh Utara.
Pertanyaannya kini, siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian yang dialami para petani ini?. (Sayed Panton)