TAPAKTUAN (MA) — Sebagian warga Labuhan Haji, Aceh Selatan menolak pengungsi Rohingya untuk mendarat, karena mereka tidak ingin wilayahnya dijadikan tempat penampungan pengungsi dari Myanmar itu.
Warga melakukan aksi unjuk rasa dengan membentangkan spanduk di Labuhan Haji, Sabtu, (19/10), di tengah lambannya penanganan pengungsian oleh Kantor Wilayah Kemenkumham RI di Aceh.
Sementara di tengah laut perairan Labuhan Haji, terdapat manusia yang sedang mempertaruhkan nyawanya.
Bahkan, di antara lebih dari 150-an manusia perahu itu ada yang telah tewas tanpa pertolongan medis, terbukti dengan ditemukannya dua mayat di sekitar perairan Labuhan Haji.
Dalam aksi, warga sempat mempertanyakan keberadaan Kantor Imigrasi Meulaboh dan lembaga dunia urusan pengungsi (UNHCR).
Salah seorang tokoh masyarakat setempat Hernanda Taher, memberikan alasan, kenapa warga menolak manusia perahu itu, karena telah melihat perilaku mereka saat di penampungan Pidie dan di Aceh Utara.
“Oleh karena itu kami tidak ingin menampung mereka dan silakan mencari wilayah lain, asal jangan di tempat kami, silahkan ditempat manapun terserah oleh pihak UNHCR,” katanya.
Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh Filianto Akbar kepada wartawan via WhatsApp, Sabtu, (19/10), mengatakan, karena dia sedang kegiatan pelatihan di Jakarta, pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan pihak Imigrasi Meulaboh.
“Karena di Provinsi Aceh kantor Imigrasi hanya ada di Meulaboh dan Aceh Selatan tunduk ke Meulaboh,” kata Filianto.
Dikatakan pula, terkait ditemukannya pengungsi di wilayah Aceh Selatan, tetap berpedoman kepada Perpres 125/2022.
Perwakilan UNHCR Faisal, mengatakan, mereka akan mengirimkan tim medis untuk mengecek kesehatan pengungsi Rohingya yang kini terapung-apung di kapal.
“Kita perlu memastikan kesehatan mereka, bila ada yang sakit ringan kita akan mengobati dan memberikan obat langsung di kapal, namun bila sakit berat akan evakuasi dan diobati di darat, setelah sembuh dikembalikan ke kapal,” kata Faisal.(Maslow Kluet).