“Kami berharap, pemerintah segera memecahkan masalah ini agar tidak terjadi fenomena besar yang melanda wilayah kami. Dan menjadi sebuah esensi pemerintah, kami hanya ingin menjaga di semua lini dengan baik,” sebut Ragil.
NAGAN RAYA | mediaaceh.co.id – Terkait ancaman bencana besar erosi Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Nagan diakibatkan karena pergeseran aliran sungai yang menggerus tanah di sekitar permukiman Desa Meunasah Dayah. Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, jadi momok warga setempat, disebabkan bakal terjadi pindahnya aliran sungai. Cepat atau lambat.
Saat ini saja lahan yang terdampak erosi DAS Krueng Nagan, sudah mencapai 5 hektare, termasuk area persawahan dan rumah penduduk. Jika tidak segera ditangani, desa dimaksud berisiko mengalami kerusakan yang lebih parah.
“Saya selaku dari perwakilan kepemudaan secepatnya pemerintah mengambil sikap dan kebijakan untuk menangani masalah ini, banyak aspek harus segera direalisasikan, untuk menyelamatkan lahan dan rumah warga,” jelas Ragil Saputra tokoh muda desa seperti dilansir mediaaceh.co.id Jumat, 7 Maret 2015 dari Nagan Raya.
Terutama itu, sebut Ragil; persawahan warga yang saat ini kondisinya mulai hancur, akibat tidak ada lagi tanggul benteng penahan gerusan erosi arus sungai.
Selanjutnya lapangan bola kaki, yang sudah puluhan tahun menjadi ajang latihan pemuda dalam mencari bibit pesepak bola. Kini kondisinya terancam amblas, sebab sedikit demi sedikit tergerus oleh erosi DAS Krueng Nagan.
“Kami berharap, pemerintah segera memecahkan masalah ini agar tidak terjadi fenomena besar yang melanda wilayah kami. Dan menjadi sebuah esensi pemerintah, kami hanya ingin menjaga di semua lini dengan baik,” sebut Ragil.
Selain Ragil, ada tokoh masyarakat Meunasah Dayah; Saleh Ali. Dia menyampaikan bahwa masalah ini sudah berlangsung sangat lama dan belum teratasi hingga kini.
Pihaknya bahkan pernah mendatangkan konsultan dari provinsi untuk melakukan kajian. Namun, menurut tim dari provinsi, penanganan sungai ini merupakan kewenangan pusat serta memakai dana Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), bukan wilayahnya mereka.
Akibatnya, tidak ada langkah konkret bisa diambil, sebaliknya masyarakat terus menghadapi ancaman erosi setiap kali musim hujan tiba.
“Saat saya masih menjabat sebagai sekretaris, kami sudah mencoba mencari solusi, bahkan meminta bantuan kepada pemerintah provinsi. Tapi, hingga kini, belum ada tindakan nyata karena dianggap tanggung jawab APBN,” ujar Saleh.
Pun begitu, pemerintah daerah Kabupaten Nagan Raya telah memberikan sedikit bantuan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menangani pergeseran sungai.
Bantuan itu banyak membantu untuk memperlambat dampak erosi. Namun, warga tetap khawatir, terutama karena ancaman terbesar adalah kerusakan permukiman yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Alhamdulillah, bantuan dari BPBD, sangat bermanfaat. Sehingga kondisi sementara bisa bertahan. Tapi kalau tidak ada tindakan lebih lanjut, kami takut pemukiman kami akan hancur,” tambahnya.
Sebutnya lagi, sebelumnya, warga juga telah meminta bantuan kepada Camat Beutong, Said Adaman, yang sempat turun ke lokasi bersama mereka. Namun, masalah ini tetap belum bisa diselesaikan karena keterbatasan anggaran daerah dan keharusan menunggu alokasi dana APBN.
Kata Saleh lagi, belum ada kepastian kapan proyek penanganan sungai ini akan dilakukan. Masyarakat Desa Meunasah Dayah, termasuk permukiman Bungoeng Taloe, kini berharap agar pemerintah segera turun tangan sebelum bencana yang lebih besar terjadi.
Jika tidak ada tindakan cepat, mereka khawatir dampak banjir dan erosi akan semakin meluas, mengancam ratusan warga yang tinggal di sekitar sungai.
“Arinal Huda keuchik Meunasah Dayah memohon kepada pemerintah, baik daerah maupun pusat, untuk segera memberikan bantuan. Jika tidak, pemukiman kami bisa tenggelam atau hancur akibat pergeseran sungai ini,” tutup salah satu warga dengan penuh harap. [Syawaluddin].