BIREUEN | MA – Di bulan Ramadan ini, Toke Rahman (Toke Man), seorang pengusaha pengumpul buah kelapa di Gampong Paloh Limeng, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, tetap semangat menjalankan usahanya.
Saat ditemui di gudangnya di Simpang Abeuk Usong, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, Selasa (25/03/2025), ia mengungkapkan bahwa usahanya tidak hanya berfokus pada perdagangan kelapa, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, terutama kaum hawa atau ibu rumah tangga.
“Saya adalah pengusaha pengumpul buah kelapa butir yang terus berjuang menciptakan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru guna mengentaskan kemiskinan di Bireuen,” ujar Rahman.
Menurutnya, setiap kelapa yang dikumpulkan dari berbagai agen dan petani di Bireuen disortir berdasarkan ukuran dan kualitas. Buah kelapa yang telah dipisahkan kemudian dicungkil untuk dijadikan kopra, bahan baku tepung kelapa, serta arang tempurung.
Selain itu, Toke Man juga memberdayakan kaum ibu-ibu dalam proses pengolahan kelapa. “Kami mempekerjakan ibu-ibu untuk memisahkan daging putih kelapa yang sudah dicungkil dan merendamnya sebelum dikirim ke Medan. Bahan baku ini nantinya diekspor ke luar negeri melalui para pengusaha,” jelasnya.
Dalam sehari, Toke Man bisa mengumpulkan sekitar 7 hingga 8 ton isi kelapa. Sementara itu, kulit kelapa yang dikupas juga dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung dan minyak kelapa, yang dipasarkan ke Medan, Lampung, Malaysia, hingga Singapura.
Harapan Buruh Perempuan untuk Dukungan Pemerintah
Nuraini, salah satu pekerja perempuan di gudang Rahman, berharap pemerintah daerah lebih memperhatikan kesejahteraan buruh perempuan di sektor ini.
Menurutnya, keberadaan usaha seperti milik Toke Man sangat membantu ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
“Kami berharap pemerintah Aceh dan Kabupaten Bireuen menarik lebih banyak investor di bidang kelapa agar lapangan kerja semakin luas. Selain itu, kami juga butuh perhatian dari dinas terkait untuk membantu penyediaan seragam kerja serta alat pengolahan yang lebih modern,” ujar Nuraini.
Saat ini, para pekerja menerima upah berdasarkan jumlah kelapa yang diolah, dengan kisaran Rp500 per kilogram. Jika bekerja penuh dalam sehari, mereka bisa mendapatkan Rp100.000, sementara setengah hari sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000.
“Alhamdulillah, meski masih manual, pekerjaan ini sangat membantu perekonomian keluarga. Kami bisa membeli beras dan kebutuhan sekolah anak-anak. Bahkan, beberapa rekan kami yang suaminya sudah meninggal atau tidak mampu bekerja juga bergantung pada pekerjaan ini,” pungkasnya.
Dengan adanya usaha seperti yang dijalankan oleh Toke Man, diharapkan semakin banyak lapangan kerja yang terbuka bagi masyarakat, khususnya perempuan di Bireuen, sehingga kesejahteraan ekonomi bisa meningkat secara berkelanjutan.(Iqbal)