Pemasangan Batu Pemecah Ombak Diduga Salah Perencanaan, Ratusan Rumah Terancam Punah

Kondisi badan jalan di Gampong Lhok Pu'uK, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara saat pasang purnama hari ini, Sabtu, (25/5).

ACEH UTARA (MA) Pemasangan batu pemecah ombak diduga salah perencanaan di perbatasan Gampong Matang Puntong dan Gampong Lhok Pu’uK, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, beberapa tahun yang lalu, kini membawa dampak yang mengkhawatirkan. Air pasang purnama atau Rob telah memporak-porandakan pemukiman masyarakat pesisir Seunuddon yang tinggal di Gampong Lhok Pu’uK.

Geuchik Gampong Lhok Pu’uK, T. Bakhtiar, saat ditemui di lokasi kepada mediaaceh.co.id pada Sabtu (25/5), menyatakan bahwa pemasangan batu gajah yang seharusnya berfungsi sebagai pelindung dari abrasi dan gelombang laut justru berbalik menjadi bencana bagi warga. “Pemasangan batu gajah yang diduga tidak sesuai dengan perencanaan telah menyebabkan air pasang lebih mudah masuk ke pemukiman, merusak rumah dan infrastruktur yang ada,” ungkapnya.

 

Menurut T. Bakhtiar, ratusan rumah kini terancam punah akibat dampak dari air pasang tersebut. Masyarakat pesisir merasa sangat terancam dan cemas akan masa depan tempat tinggal mereka. “Kami berharap ada tindakan cepat dari pemerintah untuk memperbaiki kesalahan ini dan memberikan solusi yang tepat agar kami bisa hidup dengan tenang,” tambahnya.

BACA JUGA...  Jika Tidak Segera Ditahan, IPPELMAS Akan Duduki Kejati Aceh

Perlu diketahui, Gampong Lhok Pu’uK yang terletak di pesisir pantai dengan jumlah 447 kepala keluarga, kini menghadapi ancaman serius akibat erosi pantai dan banjir rob yang kian meningkat. Kondisi ini tidak hanya mengancam infrastruktur jalan, tetapi juga mengakibatkan rumah-rumah warga mengalami kerusakan dan roboh ke laut.

“Kami butuh perhatian dari pemerintah pusat karena anggarannya besar, untuk pemasangan batu pemecah ombak. Kami meminta solusi yang lebih baik untuk melindungi desa kami,” ungkap Bahtiar, Geuchik Gampong Lhok Pu’uK dengan penuh harapan.

Pasang purnama menghantam bibir pantai pada hari ini, Sabtu, (25/5).

Seiring waktu, sebut Bakhtiar, garis pantai yang dulunya berjarak lebih dari 100 meter dari permukiman, kini telah menyusut hingga hanya 7-10 meter. Banjir rob yang sering terjadi membawa pasir hingga menutupi badan jalan, memperparah kondisi jalan dan akses masyarakat.

BACA JUGA...  Sekda Kota Sabang Pimpin Upacara Hari Kesehatan RI ke 54

Kalau ini tidak direalisasi secepat mungkin, maka Gampong Lhok Pu’uK akan tinggal nama di peta Aceh Utara, ungkapnya.

“Mayoritas masyarakat kami nelayan, sangat bergantung pada laut untuk mata pencaharian mereka. Namun, ancaman banjir rob dan erosi ini membuat kehidupan mereka semakin sulit. Banyak kebun kelapa yang hilang tersapu air laut, dan pohon-pohon kelapa pun tumbang,” ujarnya.

Warga berharap agar pemerintah daerah dan pusat serius menangani masalah ini. “Kami membutuhkan bantuan untuk memasang batu pemecah ombak yang sesuai dan melakukan studi AMDAL yang akurat agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut,” tambah Bahtiar.

Masyarakat telah beberapa kali mengajukan usulan kepada pihak terkait, namun hingga kini belum ada tindak lanjut yang memadai. Mereka berharap adanya keterlibatan langsung dari ahli dan pemerintah untuk memberikan solusi yang berkelanjutan dan menghindari bencana yang lebih besar di masa mendatang, harapnya.

BACA JUGA...  Api Lalap Tajakan Ilegal Drilling Dugaan Sejumlah Pekerja Ikut Terbakar

“Sudah berkali-kali kami dihantam bencana. Kini, kami meminta perhatian serius dari pemerintah untuk melindungi desa kami,” imbuh Bahtiar dengan penuh harap.

Dengan ancaman yang terus meningkat, warga Desa Lhok Pu’uK berharap pemerintah dapat segera turun tangan dan memberikan solusi terbaik agar mereka dapat hidup dengan tenang dan aman di desa mereka sendiri, pungkas matan anggota DPRK Aceh Utara ini. (Sayed Panton).