REDELONG (MA) – Koordinasi yang kurang optimal antara Pengurus Besar (PB) Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumut dinilai menyebabkan kebingungan di lapangan, terutama terkait masalah anggaran dan pelaksanaan kegiatan.
Ketua Karateker Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bener Meriah, Nasiruddin, menyampaikan hal tersebut kepada *Media Aceh*, Senin (9/9/2024), di Bener Meriah. Ia mengungkapkan kebingungannya terkait aturan yang diterapkan oleh PB PON XXI di kabupaten tersebut.
“Awalnya, kami dari KONI Bener Meriah diminta sebagai tim kabupaten bersama dengan pemerintah daerah, termasuk Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Namun, hingga saat ini, kami belum menerima Surat Keputusan (SK). Saya hanya mendapatkan seragam berlambang PON Aceh-Sumut XXI. Ketika saya menanyakan kelanjutannya, termasuk mengenai honor yang harus dibayarkan kepada orang-orang yang terlibat, tidak ada kejelasan,” terang Nasiruddin.
Ia juga menambahkan bahwa PB PON seharusnya memiliki perwakilan di daerah untuk memudahkan koordinasi. “Saat ini, kami harus ke Banda Aceh untuk setiap urusan,” keluhnya.
Kurangnya optimalisasi komunikasi juga dirasakan di Kabupaten Aceh Tengah. Di wilayah ini, ada tiga cabang olahraga yang dipertandingkan, yaitu Triathlon, Bridge, dan Pacuan Kuda. Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, koordinasi antara PB PON XXI dengan Event Organizer (EO) dan pemerintah daerah juga belum berjalan dengan baik. “Seolah-olah semua pihak saling berharap satu sama lain, sehingga koordinasi yang baik tidak terjadi,” ujarnya.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh para jurnalis lokal. Beberapa dari mereka merasa terabaikan karena event-event besar tersebut sudah dikontrakkan dengan media tertentu. “Kami jadi penonton di rumah sendiri,” keluh seorang jurnalis lokal.
Menurut mereka, PON adalah ajang besar empat tahunan, dan belum tentu dalam 20 tahun ke depan Aceh-Sumut akan kembali menjadi tuan rumah. “Seharusnya, panitia besar menyadari pentingnya keberadaan media lokal dalam event sebesar ini. Namun, sayangnya, kami tidak dilibatkan,” kata salah seorang wartawan.
Ia menambahkan, meskipun ada pendaftaran untuk meliput, beberapa wartawan lokal tidak sempat mendaftar. “Akan lebih baik jika kami bisa menulis bersama-sama, meskipun gaya penulisan kami mungkin berbeda,” tambahnya.
Wartawan tersebut juga mengkritik PB PON yang tidak memberikan kesempatan bagi media lokal untuk berpartisipasi. “Apakah karena mereka sudah memiliki Facebook, Instagram, video, dan orang-orang pintar di bidang IT, mereka merasa tidak memerlukan media lokal?” tanyanya.
Ia berharap PB PON dapat bekerja sama dengan sekretariat PON di kabupaten untuk mendata wartawan lokal yang belum mendaftar atau tidak mengetahui cara mendaftar, sehingga mereka juga bisa berpartisipasi dalam ajang besar nasional ini.
“Sebagai wartawan lokal di Bener Meriah dan Aceh Tengah, kami sangat kecewa karena tidak dilibatkan dalam event yang besar dan bersejarah ini,” ungkap Joy, salah satu wartawan yang bertugas di wilayah Gayo.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PB PON XXI Aceh-Sumut belum berhasil dikonfirmasi. Media ini telah mencoba mencari akses, namun belum mendapatkan tanggapan.(AR).