Bandar Sri Begawan | Bagi masyarakat Aceh Pergi ke Brunei Darussalam tentu belum memuaskan sebelum melihat penampilan Zikir Brunei Darussalam yang sangat lembut namun menghayati dengan irama yang sangat lembut. Ini bertolak belakang dengan zikir Aceh yang dominan keras dikarenakan sifat dan watak masyarakat Aceh yang sedikit keras namun juga tidak kalah saing dalam menghayati syairnya.
Saya sendiri sangat menyukai lantunan Zikir khas Aceh ini, terbukti selama saya di Brunei Darussalam menjadi pendamping Majelis Zikir Aceh pimpinan Tgk Abdurazzaq dan yatim berprestasi di undang ke Brunei Darussalam oleh Tgk Muhammad Mat Piah yang merupakan warga Aceh dan Direktur Establishmen Kesehatan NUR AURA yang sudah bermukim di Negara Brunei Darussalam selama 20 tahun.
Insya allah selama 10 hari jamaah zikir dan anak yatim Aceh ini akan menampilkan beberapa persembahan zikir di berbagai tempat, seperti di rumah rumah warga dan University di Brunei Darussalam, terbukti ketika memberikan persembahan Zikir di Kolej Perguruan Ugama Bandar Seri Begawan mereka sangat antusias dengan Zikir Aceh ini terlebih lagi sang Rektor Dr. Adnan bin Haji Bashar sangat menyukai lantunan Zikir Aceh, sehingga beberapa peserta zikir ditawarakan untuk diberikan beasiswa di kampus tersebut.
Brunei Darussalam memiliki group zikir yang di dominasi oleh orang tua sebagai penzikirsehingga lantunan yang dilafalkan juga lembut. Mungkin saja ini menjadi faktor kelembutanzikir di Negara Islam Kerajaan Brunei Darussalam ini,.
Saya sendiri lebih menyukai lantunan zikir yang berasal dari Aceh karena berkalaborasi dengan Rapa Ie geleng, sehingga pengikut Zikir mempunyai semangat yang dalam ketika melakukan Zikir bersama.
Melihat kehidupan masyarakat Brunei Darussalam, Rakyatnya yang sangat antusias dengan Zikir dan selalu menjaga bahasa Jawi-nya sebagai idenditi Bangsa Brunei. Terbukti ketika kita berjalan di kota dan di semua syarikah di Brunei mereka menggunakan bahasa Jawi dan setelah itu disusul dengan bahasa Melayu dan bahasa Inggris, ini juga sebuahtan tangan bagi rakyat Aceh agar selalu menjaga indentiti bangsa Aceh seperti kebudayaan lokal, Bahasa Aceh dan sifat rakyat Aceh yang gemar peumulia jamee, sehingga masyarakat memiliki nilai sosial yang sangat tinggi.
Selain menjadi peminat zikir di Asia Tenggara, warga Brunei Darussalam juga terkenal sebagai penderma biasa dikenal dengan sebutan (Muhsisnin) orang yang suka berbuat baik terhadap sesama seperti menjadi donator untuk sebuah pesantren dan menjadi donatur perseorangan dalam mebiayai kuliah warga asing yang sedang melanjutkan kuliah di Brunei Darussalam.
Semogaapa yang diaplikasikan rakyat Brunei Darussalam menjadi panutan bagi masayarakat Aceh seperti menjadi peminat zikir agar menetramkan hati dan menjadi penderma ( muhsinin ) terhadap anak yatim maupun anak-anak yang kurang mampu dari segi financial agar terus di sokong oleh masyarakat yang mempunyai kelebihan harta sehingga tidak selalu berharap kepada pemerintah yang belum bisa adil dalam mengatur dan memberi pelayanan terhadap warganya.
Penulis: Jufriadi, Mahasiswa Aceh yang sedang melanjutkan pendidikan kesarjanaan di Unissa Brunei Darussalam dan deputi luar negeri GAMNA Aceh (Geurakan Aneuk Muda Nanggroe Aceh) melaporkan dari Brunei Darussalam.