Pemuja Prabowo Wajib Berterima Kasih kepada Jokowi

Ketua Laskar Panglima Nanggroe Sulaiman Manaf. Foto : Ist. Dok. mediaaceh.co.id

BANDA ACEH (MA) — Dukungan kuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi faktor utama di balik kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Laskar Panglima Nanggroe, Sulaiman Manaf, yang menilai bahwa tanpa intervensi politik Jokowi, jalan Prabowo menuju kursi RI-1 akan jauh lebih terjal. Dari strategi politik hingga stabilitas ekonomi, Jokowi memainkan peran kunci dalam memastikan kemenangan Prabowo.

Menurut Sulaiman Manaf, kemenangan Prabowo tidak bisa dilepaskan dari peran Jokowi sebagai ‘kingmaker’. “Dukungan Jokowi bukan hanya sekadar pernyataan politik, tetapi juga sebuah manuver strategis yang memastikan kemenangan Prabowo,” ujarnya.

Jokowi berhasil mengonsolidasikan kekuatan politik, merangkul partai-partai besar, dan bahkan memberikan pengaruh besar dalam pemerintahan untuk mendukung Prabowo. Tanpa restu Jokowi, peta politik Indonesia bisa saja berubah drastis.

Sulaiman Manaf juga menekankan bahwa sebagian besar program unggulan Prabowo merupakan kelanjutan dari kebijakan Jokowi. “Visi ‘Gemoy’ yang diusung Prabowo sebenarnya merupakan kelanjutan dari konsep pembangunan Jokowi. Mulai dari hilirisasi industri, pembangunan IKN, hingga food estate, semuanya adalah warisan pemerintahan Jokowi,” jelasnya.

Keberlanjutan ini menjadi daya tarik bagi pemilih yang menginginkan stabilitas dan kepastian kebijakan. Tanpa warisan Jokowi, Prabowo mungkin harus memulai dari nol untuk meyakinkan publik.

Lebih lanjut, Sulaiman Manaf mengingatkan bahwa Prabowo tidak akan berada di posisi saat ini tanpa rekonsiliasi politik yang terjadi setelah Pilpres 2019. Jokowi membuka jalan bagi Prabowo untuk masuk kabinet sebagai Menteri Pertahanan, yang pada akhirnya meningkatkan citranya sebagai pemimpin nasional. “Tanpa rekonsiliasi tersebut, mungkin Prabowo akan tetap berada di luar pemerintahan dan kesulitan membangun elektabilitasnya,” kata Sulaiman. Dari dalam kabinet, Prabowo mendapatkan eksposur luas dan pengalaman strategis yang membuatnya lebih siap untuk Pilpres 2024.

BACA JUGA...  Rezim Jokowi Sudah Mentok, Tinggal Tunggu Pemicu Saja

Selain memberikan dukungan langsung, Jokowi juga memainkan peran penting dalam memastikan lawan-lawan politik Prabowo tidak terlalu kuat. Sulaiman Manaf menilai bahwa keputusan Jokowi yang tidak sepenuhnya mendukung Ganjar Pranowo turut melemahkan kubu PDIP. “Kalau Jokowi sejak awal all-out mendukung Ganjar, mungkin hasilnya akan berbeda. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Jokowi tampak lebih nyaman dengan Prabowo dan memastikan bahwa transisi kekuasaan tetap berada dalam jalur yang ia kehendaki,” tambahnya.

Di sisi lain, potensi ancaman dari figur oposisi lain juga berhasil diminimalisir. Dengan kondisi politik yang terkendali, Prabowo bisa lebih fokus pada strategi kampanye tanpa gangguan besar dari lawan-lawannya.

Jokowi tidak hanya mendukung Prabowo secara terbuka, tetapi juga memastikan bahwa kepala daerah loyalisnya ikut mengamankan suara. Gubernur, bupati, dan wali kota yang dekat dengan Jokowi cenderung tidak menunjukkan perlawanan terhadap pencapresan Prabowo. Jokowi juga dikenal rajin blusukan ke berbagai daerah menjelang Pilpres 2024, yang secara tidak langsung memperkuat posisi Prabowo.

“Tanpa dukungan dari kepala daerah yang loyal kepada Jokowi, Prabowo mungkin akan menghadapi lebih banyak tantangan dalam memenangkan suara di daerah,” ujar Sulaiman Manaf.

Sulaiman Manaf menilai bahwa Jokowi memainkan peran penting dalam memastikan Prabowo mendapatkan tiket pencalonan tanpa hambatan. Dalam dinamika politik internal, Jokowi turut berperan dalam menjaga koalisi tetap solid, menghindari perpecahan yang bisa merugikan Prabowo. Isu penjegalan terhadap potensi lawan politik tertentu juga mencerminkan adanya rekayasa kekuasaan demi memastikan transisi tetap terkendali. Jokowi tidak sekadar memberikan dukungan moral, tetapi juga memastikan bahwa kekuatan politik tetap berada dalam jalur yang mendukung kemenangan Prabowo.

BACA JUGA...  Haili Yoga Serahkan Akta Kelahiran untuk Bayi yang Lahir di Tanggal Ini 

Keberhasilan pemerintahan Jokowi dalam menjaga ekonomi tetap stabil selama pandemi dan pasca pandemi turut membantu Prabowo. Dengan kondisi ekonomi yang relatif aman, masyarakat lebih cenderung memilih kesinambungan daripada perubahan drastis. “Stabilitas ekonomi adalah faktor kunci dalam kemenangan Prabowo. Jika ekonomi memburuk di era Jokowi, maka sentimen pemilih bisa berubah dan Prabowo akan lebih sulit menang,” kata Sulaiman Manaf.

Banyak media mainstream yang sebelumnya cenderung pro-Jokowi akhirnya ikut mengamplifikasi citra positif Prabowo. Mesin politik Jokowi, termasuk relawan, turut bekerja untuk memastikan kemenangan Prabowo, meskipun secara formal mereka tidak semua terang-terangan mendukung.

Dalam dinamika politik Prabowo-Jokowi, kubu agama dan ulama menjadi salah satu pihak yang paling dirugikan. Sejak 2019, Prabowo yang awalnya mendapatkan dukungan besar dari kelompok Islam konservatif justru berbalik arah setelah bergabung dalam kabinet Jokowi. Ulama-ulama yang dulu berada di barisan pendukung Prabowo mulai ditinggalkan ketika Prabowo memilih jalur rekonsiliasi dengan Jokowi. Bahkan, banyak tokoh agama yang pernah berjuang untuk Prabowo pada Pilpres 2019 justru kehilangan pengaruh dalam peta politik nasional setelah Prabowo merapat ke pemerintahan.

“Prabowo pernah menjadi simbol perlawanan politik bagi kelompok Islam, tetapi begitu ia masuk ke dalam lingkaran kekuasaan Jokowi, kepentingan ulama tidak lagi menjadi prioritas,” kata Sulaiman Manaf. Ia menilai bahwa dalam politik, kepentingan pragmatis sering kali lebih dominan dibandingkan komitmen terhadap nilai-nilai perjuangan.

Akibat permainan politik licik ini, banyak umat Islam yang menjadi korban. Dari kriminalisasi ulama, penangkapan aktivis Islam, hingga korban jiwa dalam berbagai aksi demonstrasi, semuanya menjadi catatan kelam dalam perjalanan politik Jokowi-Prabowo. Sulaiman Manaf menyesalkan kenyataan ini. “Banyak pejuang Islam yang dulu mendukung Prabowo justru berakhir di balik jeruji besi, bahkan ada yang kehilangan nyawa dalam berbagai peristiwa politik. Sementara itu, mereka yang dulunya bersuara lantang menentang kezaliman malah memilih diam setelah berada dalam lingkaran kekuasaan,” ujarnya.

BACA JUGA...  Soal Tes Baca Alquran, Kubu Prabowo: Buat Aturan Dulu, Bukan Pasang Spanduk

Peristiwa aksi 21-22 Mei 2019 menjadi contoh nyata bagaimana umat Islam menjadi korban permainan politik elit. Banyak demonstran yang terluka, ditangkap, bahkan meninggal dunia dalam bentrokan dengan aparat keamanan. Namun, setelah rekonsiliasi Prabowo-Jokowi, para korban seakan dilupakan begitu saja. Tidak ada pertanggungjawaban yang jelas, dan mereka yang pernah berjuang kini ditinggalkan tanpa pembelaan.

Sulaiman Manaf menyimpulkan bahwa kemenangan Prabowo adalah hasil dari strategi politik panjang yang melibatkan Jokowi. Para pendukung Prabowo harus menyadari bahwa kemenangan ini bukan semata-mata karena kekuatan Prabowo sendiri, melainkan juga karena restu dan peran aktif Jokowi dalam memastikan kesinambungan kekuasaan. Sementara itu, kubu agama dan ulama yang pernah menjadi bagian penting dari perjuangan Prabowo kini harus menerima kenyataan bahwa mereka hanyalah bagian dari permainan politik. “Kalau bukan karena Jokowi, mungkin sejarah politik Indonesia hari ini akan sangat berbeda,” tutup Sulaiman Manaf. (MU/R)