JAKARTA | MA – Menjelang pelaksanaan Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tensi politik internal kian meningkat.
Sejumlah nama calon ketua umum mulai mengapung, baik dari kalangan kader internal maupun figur eksternal yang dinilai punya kapasitas mengarahkan partai menuju Pemilu 2029.
Fenomena ini memperlihatkan antusiasme kader dan simpatisan dalam menyongsong pertemuan akbar. Muktamar bukan hanya ajang seremonial, melainkan momentum strategis untuk menentukan arah, visi, dan mesin politik PPP lima tahun ke depan.
Ketua DPP PPP Bidang Pemenangan Pemilu Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Hilman Ismail Metareum, menilai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono (Pak Mar) berhasil menghadirkan gaya kepemimpinan yang berbeda dari model otoriter.
Menurutnya, Mardiono tampil dengan pendekatan akomodatif yang membuat partai lebih solid di tengah turbulensi politik nasional.
“Pak Mar tidak pernah menjaga jarak kepada siapapun, bahkan selalu menyapa kader dari berbagai tingkatan tanpa melihat jabatan,” kata Hilman, Selasa (23/9/2025).
Hilman menekankan bahwa kehangatan dan keterbukaan Mardiono bukan sekadar gaya, tetapi strategi membangun ikatan emosional dengan kader di akar rumput.
Cara itu, lanjutnya, membuat PPP mampu bertahan sebagai partai berbasis Islam yang punya sejarah panjang di kancah politik Indonesia.
Sejak menjabat Plt Ketua Umum, Mardiono gencar melakukan konsolidasi ke wilayah dan cabang.
Hasilnya tampak nyata, misalnya dari peningkatan kursi PPP di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRK) Aceh—daerah yang selama ini dikenal sebagai lumbung suara tradisional partai.
Secara nasional, PPP berhasil meraih lebih dari 8 juta suara pada Pemilu terakhir. Kendati perolehan kursi DPR RI masih terbentur parliamentary threshold, partai berlambang Ka’bah itu mampu menambah kursi di level provinsi serta kabupaten/kota.
“Strategi konsolidasi efektif membuat PPP tetap solid dan fokus pada tujuan utama: menjadikan PPP kembali sebagai kekuatan politik dominan,” ujar Hilman.
Hilman menilai, keunggulan Mardiono terletak pada kemampuannya memadukan nilai keagamaan yang menjadi fondasi PPP dengan kepemimpinan modern.
Ia mampu merangkul berbagai elemen, membangun strategi politik yang adaptif, dan tetap menjaga marwah partai.
“Pak Mar telah membuktikan dirinya sebagai figur yang mampu melakukan hal tersebut,” tegas Hilman.
Muktamar X PPP dipandang sebagai taruhan besar untuk eksistensi partai Islam tertua ini.
Persaingan internal yang sehat diharapkan tidak berhenti pada simbolisme, tetapi fokus pada visi, misi, dan program kerja kandidat ketua umum.
Hilman mengingatkan, integritas dan kemampuan manajerial adalah faktor kunci dalam menakhodai organisasi politik.
“Kualitas kepemimpinan sejati diukur dari kemampuan membawa kemaslahatan bagi partai dan umat, bukan hanya dari satu aspek saja,” ujarnya.
Meski keputusan akhir ada di tangan peserta Muktamar, Hilman berharap forum itu menghasilkan pemimpin terbaik, dengan rekam jejak yang teruji, visi yang jelas, serta program kerja yang realistis untuk mengembalikan kejayaan PPP.(R)