“Pendangkalan sungai menjadi salah satu penyebab banjir. Simpulan ini kami dapatkan setelah melakukan penelitian oleh Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD bersama LSM di Aceh Tamiang,” ucap Bupati Aceh Tamiang di hadapan Deputi bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB tersebut.
KUALASIMPANG | mediaaceh.co.id – Bupati dan Wakil Bupati (Wabub) Aceh Tamiang. Irjen Pol (P) Drs. Armia Pahmi, MH dan Ismail, SE.I bertandang ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat di Jakarta. Jumat, 7 Maret 2025.
Armia dan Ismail melaporkan terkait penanggulangan bencana terhadap kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang akibat sedimentasi yang sudah sangat meresahkan masyarakat di kabupaten ujung timur provinsi Aceh.
Sedimentasi tidak hanya di hulu dan tengah DAS Tamiang, tapi juga di Muara Sungai, Armia minta pada BNPB menjadi prioritas dalam strategi penanganan banjir sungai Tamiang.
Begitu di paparkan Bupati Aceh Tamiang, Irjen Pol. (P) Drs. Armia Pahmi, MH, dalam pertemuan koordinasi bersama Deputi bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jawansah.
“Pendangkalan sungai menjadi salah satu penyebab banjir. Simpulan ini kami dapatkan setelah melakukan penelitian oleh Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD bersama LSM di Aceh Tamiang,” ucap Bupati Aceh Tamiang di hadapan Deputi bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB tersebut.
Pada paparannya, Bupati Armia didampingi Wakil Bupati, Ismail, serta Kepala Pelaksana BPBD dan Plt. Kepala Dinas Damkar. Setidaknya dalam lima tahun terakhir, banjir kerap melanda terutama saat intensitas serta curah hujan tinggi.
Sedimentasi sungai yang telah terbentuk dari puluhan tahun mengakibatkan air sungai melimpah, masuk ke permukiman bila debit air sungai Tamiang meninggi.
“Dalam setahun banjir sekurangnya tiga sampai empat kali masuk ke permukiman warga kami,” begitu penjelasan Armia Pahmi seperti dilansir mediaaceh.co.id dari Jakarta.
Selanjutnya Armia memaparkan kondisi Pendangkalan muara sungai Tamiang. Disebutkan, pada tahun 2009, area kawasan muara masih memiliki luas 336 hektare dengan kedalaman 4-7 meter. Namun pada tahun 2019 area kawasan muara mengecil dengan tersisa 194 hektare.
“Ada yang menjadi daratan akibat sedimentasi seluas 146 hektare dengan kedalaman 3-5 meter. Pada tahun 2022, pendangkalan sendimentasi di wilayah muara sungai Tamiang semakin meluas dengan cakupan 813 hektare dengan pendangkalan mencapai 1,5-3 meter,” urainya.
Dalam kesempatan yang sama, Wabup Ismail mengakui ketersediaan sarana, prasarana dan alat tanggap bencana Aceh Tamiang sekarang masih belum cukup memadai, sementara ketersediaan dana pada APBK tidak mencukupi untuk belanja tersebut.
“Besar harapan kami, permintaan tanggap darurat ini disetujui,” tuturnya saat berkoordinasi. [Syawaluddin].