Pada dasarnya, pihak Kristen sendiri sudah mensinyalir adanya dugaan yang mengarah kepada pelaku, yakni anak koster gereja, namun informasi tersebut justru dibantah dan disebut hoax alias tidak benar.
Hati-hati dengan ‘virus’ informasi yang menyebar cepat di jalur WA, namun kebenarannya sangat diragukan. Seperti yang terjadi sepanjang siang hari ini: pengrusakan patung Yesus dan Bunda Maria di Gereja St. Yusup Pekerja Paroki Gondang, Kab. Klaten konon kabarnya dilakukan oleh anak Pak Koster.
Berita tersebut adalah tidak benar alias kabar bohong. Demikian penegasan Pastor Kepala Paroki Romo Sukawalyana Pr menjawab Redaksi Sesawi.Net pada hari Kamis siang tanggal 11 Agustus 2016.
“Semua masih dalam proses penyidikan aparat kepolisian. Berita yang muncul di WA itu sama sekali tidak benar,” kata imam diosesan Keuskupan Agung Semarang seperti ditulis Sesawi.Net, Kamis (11/8/2016).
Tak hanya itu, hal yang sangat disayangkan adalah media-media Kristen, membangun opini bahwa kelompok radikal dengan menyebut sejumlah Ormas diduga sebagai pelakunya, dengan motif berbau SARA.
Sementara itu seorang warga sekitar Gereja Santo Yusuf Pekerja yang enggan disebut namanya, menyatakan perusakan ini diduga dilakukan kelompok-kelompok radikal yang ingin memicu konflik Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).
“Kejadiannya siang hari ini menunjukkan kelompok radikal ini secara terang-terangan ingin memancing kemarahan dan konflik,” kata warga yang tinggal tidak jauh dari gereja tersebut seperti yang dilansir dari netralitas.com, Selasa (9/8/2016).
Ia menyatakan aksi-aksi ini berkait dengan rentetan peristiwa lain yakni ketidakpuasan pada pembangunan tempat peristirahatan Griya Samadi milik Romo Gregorius Utomo yang berada di Desa Rejoso, Jogonalan Klaten yang segera akan diputuskan oleh Pemda Klaten.
Rumah milik Romo Utomo yang sudah puluhan tahun dipakai untuk berbagai kegiatan, berdiri cukup lama di atas lahan 3800 meter persegi di tengah kampung desa Rejoso, Jogonalan, Klaten sampai saat ini masih disegel satpol PP. Griya Samadi ini lokasinya tidak jauh dari Gereja Katolik Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun.
“Ini (rumah Romo Gregorius Utomo) sebentar lagi akan diputuskan oleh Pemda Klaten. Dari dulu itu memang rumah pribadi milik Romo. Tapi oleh kelompok-kelompok radikal Islam dituduh sebagai gereja liar,” kata sumber tersebut. Kelompok-kelompok radikal ini terus melakukan ancaman, melakukan demo di Pemda Klaten dan mereka siap berjihad untuk menggagalkan pembangunan rumah pribadi yang dituding sebagai gereja liar.
Sebelumnya, sejumlah ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Kokam Muhammadiyah dan Jamaah Anshor Taudhid (JAT) mendesak Pemda Klaten menolak pembangunan rumah pribadi milik Romo Gregorius Utomo. Ormas-ormas Islam itu memprotes pembangunan tambahan kamar di samping rumah Joglo yang sudah ada. Mereka juga mengancam akan merobohkan secara paksa jika rumah pribadi Romo Utomo digunakan untuk sembayang.
Namun, setelah diketahui pelakunya adalah anak koster gereja sendiri, hingga kini belum dimuat oleh media-media Kristen.
Terkait motif perusakan sendiri, menurut Kapolres Klaten, AKBP Faizal karena pelaku memiliki masalah dengan orang tuanya. Pelaku kerap dimarahi, sementara ia dalam kondisi sakit.
“Hasil pemeriksaan RR, motifnya dia merasa kesal kepada ibunya. Karena pada hari itu dia diminta untuk mengerjakan pekerjaan ibunya. Dan ibunya saat itu juga marah-marah terus. RR juga mengaku saat itu dalam kondisi sakit dan habis berobat di RS Tegalyoso. Karena kesal pukul 13.30 WIB melihat bapaknya sedang istirahat, ibunya sedang mengerjakan tugas, kemudian ia keluar dan merobohkan patung Yesus dan Bunda Maria,” kata Kapolres Klaten, AKBP Faizal, sebagaimana dikutip Merdeka.com, Selasa (16/8/2016).
Terkait motif lainnya, Kapolres mengaku baru akan melakukan pemeriksaan lagi. Dari hasil pemeriksaan saksi, kata dia, memang selama ini ada permasalahan antara koster dengan pengurus gereja lainnya. Koster Marsono, dulunya tinggal di bagian depan gereja, namun saat ini ditempatkan di bagian belakang gereja yang berdekatan dengan sungai. [Panjimas.com]