Untuk melihat Rumoh Aceh atau ingin mencari jati diri orang Aceh melalui Rumoh Aceh sudah sangat sulit. Mengingat jumlah Rumoh Aceh, kini sudah sangat langka.
Laporan | T. Maimun
BANDA ACEH (MA) – Rumoh Aceh atau Rumah Aceh memang memiliki nilai artistik dan estetika yang sangat dikagumi banyak orang. Sebab Rumoh Aceh memiliki nilai keunik-kan tersendiri.
Untuk melihat Rumoh Aceh atau ingin mencari jati diri orang Aceh melalui Rumoh Aceh sudah sangat sulit. Mengingat jumlah Rumoh Aceh, kini sudah sangat langka.
Sebut saja Nurdin F Joes; Sang budayawan Aceh yang terpanggil untuk ambil bagian menyelamatkan salah satu kearifan lokal Aceh lewat Rumoh Aceh. “Rumoh Aceh Ini saya beli di Kabupaten Pidie,” Kata dia.
Diakui Joes—begitu biasa dia disapa—merasa sedikit kesulitan memindahkan Rumoh Aceh dari Pidie ke Gampong Punie Aceh Besar dimana lokasi Rumoh Aceh ini kini berdiri tutur Nurdin.
Dia mengakui disamping kesulitan memindahkan Rumoh Aceh tersebut, faktor tukang juga menjadi masalah, apalagi tukang yang ada saat ini belum pernah menekuni pembuatan rumoh Aceh. “Ya saya sangat kesulitan untuk pemindahannya terutama itu; proses pemasangan memakan waktu yang sedikit lama sebab harus merunut kembali tata letak papan pada tempatnya,” jelas F Joes.
Kata F Joes; keadaan Romoh Aceh jika dilihat dari bentuknya itu, berukuran kecil dengan 16 tiang namun setidaknya memberi warna tersendiri di tengah kawasan perumahan yang tidak lagi berbahan kayu.
Rumah panggung dengan nilai seni yang tinggi menjadi sangat unik dan klasik. Terlebih sang Budayawan ini melengkapi rumah adat ini dengan benda benda bersejarah pelengkap dari rumoh Aceh tempo dulu.
Di sini ada Krong Pade (tempat simpan padi), Jengkie (penumbuk padi) serta peralatan yang sering dipakai untuk membajak sawah disamping benda benda sejarah lainnya.
“Saya ingin Rumoh Aceh ini jadi salah satu lokasi tempat kumpulnya para pemerhati budaya Aceh sekaligus sebagai edukasi bagi generasi muda,” pungkasnya. (*)