Nab Bahany AS: Aceh Melayu Jawa Hindu

Ilustrasi Aceh masa lalu. [acehglobal.wordpress.com]
Ilustrasi Aceh masa lalu. [acehglobal.wordpress.com]

Banda Aceh|AP-Aceh dulu sering disebut-sebut makmur, jaya dan dikenal bangsa luar, namun sayang tanda-tanda itu mulai tak berbekas. Bergerak dari itu, Budayawan Aceh Nab Bahany As menilai Aceh perlu membangun istana miniatur di Kota Banda Aceh untuk mengenal jejak budaya Aceh masa lalu.

“Sebagai upaya memunculkan (peradaban) kembali apakah dalam bentuk replika atau disediakan lokasi khusus seperti miniatur dan menggambar kan kondisi yang sesungguhnya,” saran Nab Bahany AS dalam diskusi cagar budaya sejarah di aula DPRK Banda Aceh, Selasa 22 Maret 2016.

Kata Nab Bahany AS, saat ini masyarakat Aceh kesulitan menggambarkan kondisi Aceh ketika berada di puncak peradabannya.

“Kita sulit untuk membuktikan jejak sejarah Aceh yang sesungguhnya, khusus nya di Kota Banda Aceh,” ujarnya.

Kisahnya, Aceh dibangun dengan latar belakang orang Melayu dan dan berbeda dengan peradaban di pulau Jawa yang dibangun dengan latar belakang Hindu.

BACA JUGA...  Milad ke-517 Kesultanan Aceh dan Maulid Nabi: Merajut Sejarah Sebagai Warisan Leluhur

“Latar belakang peradaban Melayu dapat kita lihat di bidang pendidikan kan atau ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Lebih lanjut Mantan Kepala Meseum Aceh Drs Nurdin AR menambahkan, Kota Banda Aceh hampir tidak ada ruang yang dapat digolongkan kedalam peradaban cagar budaya bila diukur melalui UU Nomor 10 Tahun 2010 baik di darat atau di laut.

“Semakin banyak bangunan kuno semakin bagus untuk diselamatkan karena itu mengandung sejarah, pentingnya cagar budaya dalam merelalisasi cagar budaya sejarah Aceh adalah kota yang sangat tua di jagat raya ini,” katanya Nurdin.

Kisah pertumpahan darah di sekitar Mesjid Raya Baiturrahman, kuburan bersejarah dan lainnya harus kita rawat.

“Kita tidak tahu bagaimana bentuknya dan dimana sejarah makamnya, yang kita tahu kuburannya dibawa tsunami,” nilainya.

BACA JUGA...  Jangan ada Paksaan Vaksinasi di Aceh

Selain itu ujarnya, Kampung Bidhun adalah asal kata dari biduan, kuburan Syiah Kuala, kuburan Sultan Aceh Mansursyah, Taman Putro Phang di buat oleh Sultan Iskandar Muda.

“Makanya dinamakan Kampong Geuchue karena dihapus dari peta, di Banda Aceh nantinya akan dibuat tempat cagar budaya sejarah yg di sebut Banda Aceh Kota Madani yg historis dengan sejarah, oleh karena itu walikota sebagai tuan tanah menurut bapak Muzakir Manaf (Wakil Gubernur A)ceh harus sangat memperhatikan masalah cagar budaya ini. Qanun disusun oleh DPRK dan ganun itu dibuat untuk merelisasi pelestarian cagar budaya,” ujarnya.

Selain itu sebut Nurdin, Jamalrullah adalah putra Sultan Walhasin makam nya ada di sekitar Kampung Pande, diwai bekas makam bidhun Sultan Mansyur syah dan beliau dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Sedangkan Peunayong kata Nurdin adalah kampung yang dilindungi oleh Sultan Iskandar Muda, asrama tentara tertua di Banda Aceh ini adalah asrama keraton (asrama militer).

BACA JUGA...  Patahkan Gugatan Moeldoko, Hamdan Zoelva: Demokrat memiliki Ratusan Fakta Hukum

“Dan Krueng Aceh akan dan memang harus dihidupkan sebagai transportasi air di ibukota Aceh, Banda Aceh,” saran Nurdin.

Dalam diskusi sejarah budaya itu turut hadir para narasumber berkelas lainnya seperti Tagiyuddin Muhammad,Lc dan Dr. Husaini Ibrahim,MA. [BNC]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *