BANDA ACEH (MA) — Sejumlah Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Korupsi (Alamp Aksi) menggelar demonstrasi di bundaran Simpang Lima Banda Aceh, Rabu, (2/10).
Dalam Aksi tersebut, Mahasiswa membawa spanduk bertuliskan “Usut penyelewengan anggaran dan sanksi tegas hotel yang tidak dukung PON XXI Aceh – Sumut”.
Dalam orasinya, Koordinator Aksi Musra Yusuf mengatakan, pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut telah selesai digelar, namun sejumlah persoalan memilukan masih membekas di hati masyarakat Aceh khususnya.
“Bagaimana tidak, penyediaan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana PON yang terkesan ugal-ugalan dan tak berkualitas, bahkan dikabarkan ada beberapa venue yang tidak siap, venue yang roboh dan lain-lain,” katanya.
Selain itu, katanya, belum lagi sejumlah hotel diduga seperti Kryad Meuraya tiba-tiba menaikkan tarif sewa seakan-akan ingin mencari laba besar dan fokus keuntungan semata di saat Aceh menjadi tuan rumah PON, ini sungguh mencoreng nama Aceh di mata rakyat provinsi lain se- Indonesia .
Terhadap pengadaan konsumsi, juga disorot, di mana konsumsi PON Aceh- Sumut juga sempat mencoreng muka rakyat di bumi Serambi Mekkah, karena dinilai tidak sesuai.
Padahal, berdasarkan data, pagu anggaran konsumsi mencapai Rp. 42,3 Miliar. Bahkan di dalam RAB penyediaannya juga disebutkan bahwa harga satuan per porsi makanan untuk atlet Rp.50.900 dan secara keseluruhan mencapai Rp 30,8 Miliar. Sementara untuk snack atlet per satuannya Rp.18.900 dan nilai secara keseluruhan Rp.11,4 Miliar.
Dia menjelaskan, penyedia konsumsi PON di Aceh itu adalah PT Aktifitas Atmosfer yang berbasis di Jakarta Selatan sebagai vendor tunggal. Perusahaan itu mengelola konsumsi atlet hingga official PON 2024.
Yusuf juga menyebutkan hal yang tak kalah memalukan juga terjadi, sejumlah penginapan dan hotel yang ada di Wilayah Aceh dinilai tidak mendukung suksesnya pelaksanaan bersama Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.
“Hotel ini justru tega-teganya menyewakan kamar dengan tarif harga yang sangat mahal disaat pergelaran PON Aceh-Sumut dan juga tidak memberikan quota kamar untuk Pemerintah Aceh yang tengah berjibaku melaksanakan event nasional tersebut. Ini menunjukkan Sejumlah hotel tersebut tidak mendukung pelaksanaan PON di Aceh. Salah satu hotel terkenal di Aceh yang diduga tidak mendukung pelaksanaan PON Aceh -Sumut adalah Hotel Kryad Meuraya,” teriak Yusuf disambut teriakan demonstran ‘blokir Hotel Kryad’.
Yusuf menjelaskan, berdasarkan informasi keluhan para tamu PON, sejumlah penginapan atau hotel yang dikabarkan tidak mendukung PB PON XXI Aceh -Sumut wilayah Aceh diantaranya : Hotel Kyriad Meraya, Hotel Seventeen, Hotel Keumala, Hotel Grand Mahoni, Hotel Hiphop, Hotel Ayani, Hotel 61, Hotel Hijrah Lambaro, Hotel Diana, Hotel Parkside Alhambra Simpang Lima. Hotel Fandika Boutique (Inc) dan Hotel Wisata.
“Hotel-hotel ini terkesan hanya hanya berpikir mengambil keuntungan yang besar saja di Aceh selama ini tanpa mendukung program-program dari pemerintah Aceh. Untuk itu Pemerintah juga harus tegas jangan sampai membiarkan prilaku tak wajar dari sejumlah manajemen hotel tersebut,” ujar orator lainnya.
Melihat kondisi diatas nama mahasiswa dan pemuda Aceh demonstran menyatakan sikap :
Pertama, mendesak APH, baik itu Bareskrim Mabes Polri maupun KPK untuk mengusut tuntas indikasi penyelewengan anggaran PON XXI Aceh-Sumut baik itu dalam pengadaan sarana dan prasarana maupun pengadaan konsumsi.
Kedua, mendesak Pemerintah Aceh untuk memberikan sanksi tegas kepada hotel-hotel yang tidak mendukung pelaksanaan PON XXI Aceh Sumut.
Dan ketiga, meminta Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten /Kota di Aceh memblokir kerjasama dengan hotel-hotel yang tidak mendukung pelaksanaan PON Aceh Sumut
Setelah melakukan aksi, mahasiswa tersebut membubarkan diri dengan tertib.(Maslow Kluet).