Membangun Kesehatan Mental Melalui Pengelolaan Kecemasan yang Baik di Masa Pandemi COVID-19

OPINI Oleh : Aditya Fajar Perkasa

COVID-19 merupakan singkatan dari Coronavirus Disease 2019. Virus ini baru ditemukan di Kota Wuhan, China pada akhir Desember lalu. Pada bulan Maret 2020, kasus pertama terjadi di Indonesia dan akhirnya menyebabkan beberapa daerah harus menerapkan pembatasan berskala besar. Berbagai dampak baik dari segi kesehatan maupun ekonomi menjadi tidak stabil. Salah satunya adalah dampak pada kesehatan mental. Selain kesehatan fisik, ternyata kesehatan mental menjadi sebuah sorotan penting selama pandemi diantaranya gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress order), kebingungan, kegelisahan, frustasi, ketakutan akan infeksi, imsonia, dan merasa tidak berdaya. Menurut para ahli bahwa mereka sepakat kesehatan fisik dan mental saling terkait harus dikelola secara seimbang. Dengan mengetahui proses terjadinya kecemasan serta cara mengelola kecemasan, mari kita kupas satu demi satu agar dapat mengelola kesehatan mental dengan baik.

Proses Terjadinya Kecemasan.

Menurut jurnal kependudukan Indonesia menyatakan bahwa semua gangguan kesehatan diawali perasaan cemas (anxiety) (Vibriyanti D, 2020). Menurut Sadock dkk. (2010) kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi. Konsep modifikasi kecemasan yang dikenalkan oleh Spielberger dkk. (1983) menjelaskan proses seorang individu ketika mengatasi kecemasan terhadap ancaman virus COVID-19. 1) Perception of Situation, suatu tahap dimana individu menilai bahayanya sebuah COVID-19 dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman masa lalu. Tahap ini dipengaruhi oleh informasi maupun kebijakan tentang COVID-19 dan hasil Evaluative Situation yang menganggap bahwa COVID-19 adalah rangsangan yang berbahaya. 2) Anxiety State Reaction, suatu tahap reaksi kecemasan sesaat yang kadang diikuti oleh reaksi fisiologis ketika mendapatkan informasi tentang dampak virus COVID-19, missal : detak jantung lebih cepat, berkeringat, kulit memerah, dsb. 3) Cognitive Reappraisal, suatu tahap yang menilai kembali situasi yang mengancam dan melakukan usaha untuk mengatasi, mengurangi, menghilangkan, perasaan terancam dengan aktivitas kognisi atau motoric. 4) Coping, suatu tahap dimana individu menemukan solusi dengan melakukan bentuk-bentuk pertahanan diri (rasionalisasi atau proyeksi).

BACA JUGA...  Bukan Sekedar Pulang Jenazah, Akhyar Kamil Kirim Anak Yatim Ke Dayah Abiya Jinieb, Tuntut Ilmu 

Mengelola Kecemasan.

Pemberitaan yang terjadi dari hari ke hari secara rutin tentu menimbulkan kecemasan karena semakin banyaknya informasi yang beredar. Terkadang, situasi ini malah menjadi dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi hoax atau tidak benar sehingga masyarakat menjadi dibingungkan oleh berita yang beredar dan akhirnya menjadi cemas. Menilai tingkat bahaya akan COVID-19 melalui penyeleksian informasi yang diterima dan kebijakan menjadi kunci mengelola kecemasan (Vitriyanti D, 2020). Informasi maupun kebijakan dapat mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu ancaman dan kemudian mempengaruhi respons kecemasan yang ditimbulkan. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental menurut dr. Andi Marsa Nadhira (2020), diantara lain :

1. Melakukan Aktivitas Fisik.

Berbagai olahraga ringan, seperti lari kecil atau lompat ditempat, dapat Anda lakukan selama menjalani karantina di rumah. Dengan melakukan aktivitas fisik, tubuh Anda akan memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda. Latihan peregangan dan pernapasan juga dapat membantu Anda untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem imun.

2. Mengonsumsi Makanan Bergizi.

Konsumsilah makanan yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat. Beragam nutrisi tersebut dapat Anda peroleh dari nasi dan cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh Anda, asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental Anda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BACA JUGA...  Mahasiswa Sebut Bupati Aceh Utara Sponsor Perusak Lingkungan

3. Menghentikan Kebiasaan Buruk.

Bila Anda seorang perokok, cobalah hentikan kebiasaan buruk tersebut mulai dari sekarang. Merokok akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental Anda. Kebiasaan buruk yang juga perlu dihentikan adalah kurang beristirahat atau sering begadang. Jika kurang istirahat, Anda akan lebih mudah mengalami kecemasan dan mood Anda pun akan lebih tidak stabil.

4. Membuat Rutinitas Sendiri.

Selama menjalani karantina di rumah, Anda bisa melakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat menghilangkan rasa jenuh.

5. Lebih Bijak Memilih Informasi.

Batasi waktu anda untuk menonton, membaca, atau mendengar berita mengenai pandemi, baik dari televisi, media cetak, maupun media sosial untuk mengurangi rasa cemas. Meski begitu, jangan menutup diri sepenuhnya dari informasi yang penting. Pilah informasi yang Anda terima secara kritis dan bijak. Dapatkan informasi mengenai pandemi virus Corona hanya dari sumber yang terpercaya.

6.Menjaga Komunikasi dengan Keluarga dan Sahabat.

Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja Anda, baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Anda bisa menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang Anda rasakan. Dengan cara ini, tekanan yang Anda rasakan dapat berkurang sehingga Anda bisa lebih tenang. Bila Anda memang memiliki gangguan mental, konsumsilah obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara rutin. Bila perlu, periksakan diri Anda ke dokter secara berkala agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda.

Beradaptasi dengan Pandemi COVID-19

BACA JUGA...  Koramil 03 Lhoknga Selalu Ingatkan Warganya Agar Menggunakan Masker

Di kondisi saat ini, belum ada perkiraan akan kapan pandemic ini berakhir, jumlah seluruh orang dunia yang akan terinfeksi, atau bahkan berapa banyak orang yang terganggu oleh pandemic ini. Karena kondisi yang tidak pasti ini, maka beradaptasi dalam kondisi ini harus dapat diterapkan. Menurut Gerungan (1996) menyatakan bahwa adaptasi merupakan kemampuan individu agar dapat melakukan penyesuaian diri pada suatu hal yang baru. Adaptasi dapat juga diartikan sebagai proses penyesuaian diri dalam mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi dapat juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi tentu berbeda, hal ini ditentukan oleh berbagai faktor seperti kepribadian, usia, pengalaman, proses belajar, kondisi fisik, dan lingkungan. Faktor ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ali & Ashrori (2011). Pada akhirnya, adaptasi akan mengarah keberhasilan dan kegagalan. Berhasil akan menimbulkan rasa menerima atas situasi yang terjadi sedangkan kegagalan akan menimbulkan pada penurunan kesehatan mental. Pada akhirnya, menjaga kesehatan mental menjadi sebuah hal yang penting agar terkelolanya kecemasan di situasi saat ini.

Sumber :
1. Vitriyanti, D. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat : Mengelola Kecemasan Di Tengah Pandemi COVID-19.
2. https://www.alodokter.com/menjaga-kesehatan-mental-saat-pandemi-virus-corona.

Penulis : Aditya Fajar Perkasa
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Universitas Malikussaleh
Pembimbing : Subhani,S.Sos,.M.Si

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Malu Achh..  silakan izin yang punya webs...