SAGOE  

Kesulitan Bawa Hasil Panen, Petani Bireuen Minta Dibangun Jembatan

Kereta gatung yang di wakafkan oleh M. Hasan dan Munir yang saat ini digunakan petani sebagai alat Trasportasi melintasi sungai, Senin (16/04/2018). [SM]

Bireuen (ADC) – Para petani Trime Pengeling dan Leubok Tanoh Desa Pinto Rimba Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh meminta kepada pemerintah Aceh khususnya Bireuen untuk membangun jembatan penyeberangan sebagai akses menuju perkebunan dan mengangkut hasil panen yang selama ini sulit dilalui, Senin (16/04/2018).

Salah seorang petani di kawasan Desa Pinto Rimba, Saifuddin mengatakan, kesulitan menuju lokasi perkebunan tersebut, terjadi ketika hujan deras turun yang menyebabkan air sungai meluap, sehingga, hasil panen dari perkebunan tersebut sering tidak di bawa pulang.

“Saat air sungai dangkal, kami bisa menyeberangi sungai menggunakan kendaraan roda dua, tapi kalau sungainya meluap, kami tidak bisa menyeberangi sungai,” kata Saifuddin.

BACA JUGA...  Besok, Menteri Koperasi dan UMKM Buka Mukernas KNTI Ke-4 di Aceh

Hal tersebut, kata Saifuddin, membuat para petani sering tidak pergi keladang (kebun-red) dan harus kembali ke rumah, begitu juga petani yang telah berada di ladang tidak bisa pulang membawa hasil panennya. Sementara, tambah Saifuddin dikawasan tersebut terdapat ribuan hektar tanaman pinang, pisang kakao serta tanaman lainnya yang sudah produktif.

“Terkadang kami mempertaruhkan nyawa mengarungi sungai yang deras untuk membawa pulang hasil panen, jika itu tidak dilakukan makan hasil panen akan membusuk di ladang,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Saifuddin meminta kepada Pemerintah Bireuen dan Aceh untuk dapat membangun jembatan rangka baja untuk dapat memudahkan penyeberangan teransportasi dan menghidari kesulitan petani di Desa pinto Rimba.

BACA JUGA...  PMI Bireuen dan Direktur RSUD dr Fauziah Lakukan Dialog Publik

“Dalam beberapa hari ini, kami mendapatkan bantuan kereta gatung yang di wakafkan oleh M. Hasan dan Munir untuk alat Trasportasi melintasi sungai, tetapi fasilitas ini masih sangat tidak memadai di karenakan hanya bisa menampung tiga orang saja, tambah Saifuddin.

Disamping itu Camat Peudada, M. Hasan mengatakan, sebelum kereta gantung itu diwakafkan, para petani, sangat kesulitan saat pulang pergi ke lokasi perkebunan.

“Terkadang mereka membawa hasil panen harus bertaruh nyawa dengan Air sungai yang deras,” ujar Camat.

BACA JUGA...  Siapa Sesungguhnya Mafia Migor di Aceh

Sehingga, Camat berharap kepada presiden Republik Indonesia, untuk dapat memperhatikan nasip para petani di Aceh khusunya di kawasan pinto Rimba. [MS]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Malu Achh..  silakan izin yang punya webs...